Rabu, 26 Januari 2011

“Dompet Yang Hilang”

Hari ini Marsha sangat gelisah. Dompetnya hilang ketika ia pergi ke toilet di sekolahnya. Ketika ia mengecek dompetnya, dompetnya sudah tidak ada.
“Wah! Dompetku mana ya??” tanya Marsha dalam hatinya. Ia bingung. Akhirnya ia memutuskan ke kelas lagi. Marsha kembali kekelas dengan langkah gontai.
Kriinnggg!!!! Bel tanda istirahat berbunyi. Sebagian besar, anak di sekolah Marsha pergi ke kantin. Kalau biasanya Marsha ikut ke kantin, sekarang Marsha hanya tertunduk lesu. Marsha lemas sekali. Ia sedih memikirkan dompetnya. Memang, di dompet Marsha, banyak sekali barang berharga bagi dirinya. Ada uang rp.10.000 pertamanya, uang rp.50.000 pemberian paman Goblin saat datang kerumahnya (Uang itu sangat berharga karena uang itu uang terbesar yang pernah ia miliki), uang jajan, Voucher tiket pergi ke restoran mewah dan masih banyak lagi barang berharga yang ditinggalkan oleh Marsha di dalam dompet yang ia cintai tersebut.
Tak terasa sudah waktu pulang. Anak-anak ribut keluar dari masing-masing kelas. Marsha keluar kelas dengan langkah yang sama yaitu: langkah gontai. Ia masih sedih akan kejadian dompet yang hilang itu. Tapi, kesedihan itu menghilang, ketika seseorang memanggilnya.
“Kak Marsha!! Kak Marsha!!” ada seseorang yang memanggil Marsha dari belakang. Marsha menengok kebelakang. Suara tersebut seperti sudah biasa didengar oleh Marsha. Rupanya, Keila! Adik kelas Marsha yang biasa bermain dengannya.
“Ada apa??” tanya Marsha. Ia melihat keringat Keila yang tadi habis berlari mengejar Marsha.
“Hah! Hah! Hos..hos… ini.. dompet kak Marsha bukan??” tanya Keila ngos-ngosan sambil memberi sebuah dompet berwarna biru bergambarkan Hello Kitty. Marsha membuka dompet tersebut. Memang! Itu dompet milik Marsha. Tiba-tiba menyerahkan sesuatu kepada Keila.
“Apa ini??” tanya Keila.
“Ini uang rp.50.000.. ambilah..” kata Marsha sambil menyerahkan uang rp.50.000 tersebut.
“Tapi, bukankah itu uang terbesar yang pernah kakak miliki??? Tidak! Aku tidak ingin merepotkan kak Marsha” kata Keila menolak uang rp.50.000 yang Marsha berikan.
“Benar sih.. tapi, karena kamu sudah menemukan dompetku ini., maka terimalah ini dariku” kata Marsha kembali menyodorkan uang tersebut.
“Mmmhh… kalau begitu terimakasih ya kak!” Keila menggenggam uang itu. Lalu, Keila pergi meninggalkan Marsha. Marsha tersenyum lebar. Dompet yang hilang itu akhirnya ditemukan juga…

“Perpustakaan Sarah”


Hari ini hari Minggu. Seperti biasa, di rumah Sarah setiap hari Minggu pasti ada MiBe. Apa itu MiBe?? Oh… rupanya, Minggu Bersih toh..
“Ayo.. semuanya kumpul yuk..” kata papa mengumpulkan semua keluarganya.
“Ada apa???” tanya kak Flo. Ia kakak pertama Sarah. Ia lahir di Amerika. Memang.. papa mama Sarah sering berpindah-pindah tempat saat tinggal. Jadi, saat mama melahirkan anaknya, sering di tempat yang berbeda. Papa Sarah sendiri orang Amerika. Sedangkan mama orang Indonesia 100%.
“Biasa… pasti MiBe.. betulkan??” Kak Yuki menebak. Kak Yuki lahir di Jepang. Ia kakak ke 2 Sarah.
“Tepat!” kata mama. Tiba-tiba Sarah muncul.
“Eh Sarah.. sudah bangun.. gimana mimpinya??” tanya kak Flo penasaran. Sambil mengucek matanya, Sarah berkata
“Sudah ah.. sekarang, kita langsung saja MiBenya..” kata Sarah tak tahan. Sarah sendiri lahir di Perancis.
“Ya udah.. sekarang kita langsung saja bagi tugasnya. Mama sama kak Flo membersihkan bagian halaman depan. Terserah.. didepan apa yang mau dibersihin.. yang penting bisa oke. Terus, kak Yuki sama Sarah juga gitu. Tapi kalian bersihin di gudang, dan ruangan-ruangan yang ada dirumah ini. Sedangkan papa sendiri membersihkan toilet dan halaman belakang. Setuju?” tanya papa. Semuanya mengangguk. Akhirnya, sekeluarga pergi ke tempat tujuan yang sudah direncanakan.
“Kita ke gudang dulu atau ke ruangan kamar dulu kak??” tanya Sarah.
“Mmhh.. aku sih terserah kamu aja sih.. tapi sebetulnya aku ingin ke gudang dulu” kata kak Yuki. Akhirnya mereka berdua menuju gudang sambil membawa lap, pel dan sapu. Juga alat kebersihan lainnya. Ketika sudah sampai di gudang, kak Yuki menyalakan lampu, agar tidak gelap.
“uuhh.. berdebu!” kata Sarah sambil membersihkan lantai dengan sapu.
“Di sekitar sini juga banyak jaring laba-labanya! Ueks!” kata kak Yuki sambil membersihkan sarang laba-laba di lemari dengan kemoceng. Tapi tiba-tiba.. BRUK! Sarah terjatuh. Ia terguling diatas lantai yang penuh dengan debu.
“Uhuk! Uhuk!!” Sarah terbatuk.
“Kamu tak apa??” tanya kak Yuki. Sarah menggeleng. Tiba-tiba, Sarah terlihat aneh. Dengan senyum misterius. Hii..
“Kenapa Sarah?? Serius banget” kata kak Yuki memandang Sarah.
“Enggak.. rupanya, tumpukan buku dan majalah inilah yang membuat ku terguling” kata Sarah sambil menunjuk kepada kak Yuki tumpukan buku dan majalah yang hampir sampai atas, atas, atas, dan atas.
“Wow.. tunggu dulu! Bukankah, buku ini buku langganan mu yang suka kamu beli ditoko buku! Oh.. ini! Buku novel kesukaanmu itu yang waktu kemarin lusa dicari-cari! Cinta di Halte” kata kak Yuki sambil menunjuk buku yang agak terlihat usang itu. Sarah masih melihat tumpukan tersebut.
“Dan lihatlah! Ini majalah langganan kak Yuki dan kak Flo dulu! Tabloit Girl’s!” kata Sarah menunjukan majalah tersebut. “Nggak terasa ya.. udah hampir sebanyak ini..” tak lama, Sarah kedatangan ide cermat dan gemilang.
“Bagaimana kalau kita buat perpustakaan?? Buku-buku ini akan kita taruh disana. Kebutulan sekali! Di daerah rumah kita kan, lumayan banyak anak-anak yang tidak sekolah. Dengan anak-anak itu membaca buku di perpustakaan kita, anak-anak tersebut jadi pengen belajar banyak hal, dan bakal pinter! Dan bukan hanya anak-anak saja! orang tuapun akan bertambah wawasannya” kata Sarah panjang lebar.
“Apa???” kata kak Yuki tak percaya.
“Kita akan membuat perpustakaan, biar dibaca semua orang. Dan, tumpukan majalah dan buku inilah yang akan kita taruh di perpustakaan” Sarah mengulangi dengan nada ketus.
“Good job! Tapi tunggu. Emang mau buat perpustakaannya dimana?? Terus, yang jaga perpusnya siapa??” tanya kak Yuki.
“Siapa lagilah.. kalau bukan kak Flo sama kak Yuki..” canda Sarah.
“Huh!! Yaudah! Nanti, selesai MiBe kita bilang ke papa” usul kak Yuki.
“Dan penjaga perpusnya kak Yuki.. selamat! Jabatan baru…” canda Sarah sambil meninggalkan gudang.
Sehabis MiBe.
Kak Yuki dan Sarah langsung bilang kepapa soal rencana perpustakaan tersebut.
“Great! Bagus, bagus, bagus… hebat! Good job! Niatmu bagus..” tapi, sebelum papa menyelesaikan bicaranya, datanglah kak Flo dan mama.
“Selamat kak Flo! Kak Flo naik jabatan” seru Sarah.
“Apaan sih???” tanya kak Flo heran. Papa menjelaskan maksud Sarah tersebut.
“Nggak! Seumur hidup aku nggak ingin jadi penjaga perpustakaan!! Au pengennya jadi model yang cantik… penyanyi yang keren… baju gemerlap, semuanya senang melihat gayaku… uhh…” kata kak Flo ngotot.
“Hahaaha!!! Dengar ya Flo! Kamu aja matematika nggak hapal! Gimana model?? Gayanya pasti nggak karuan… cep..cep..cep… anak mami..” canda kak Yuki.
“Ahaahaahha!! Sok tahu kakak! Lagian, kan Sarah Cuma becanda. Awas lho.. nanti devilnya dateng..” kata Sarah kepada kak Flo.
“Stop! Mama tahu tempat yang tepat untuk bikin perpustakaan!” kata mama tiba-tiba. Semua kaget.
“Mama?!?!”
“Dimana ma?? Aku mau buru-buru bikin perpustakaannya.!!” Kata Sarah sambil menguncang-gunjangkan badan mamanya. Sarah sudah tidak sabar.
“Kan disebelah garasi ada ruangan kosong tu… luas lagi! Gimana, kalau bikinnya di situ aja” usul mama. Semua tersenyum. “Plus… di gudang kan ada 5 buah lemari yang udah agak rapuh tuh di gudang. Mungkin, bisa nanti papa perbaiki, dan majalah serta buku itu ditaruh di lemari tersebut.” Semua tersenyum lebar.
“Good job mom!” puji Sarah. Ia bersyukur sekali kepada tuhan. Karena sudah mengabulkan doanya. Yaitu, membuat perpustakaan. (Memang, dari dulu, Sarah ingin punya perpustakaan)

6 April 2007
Hari ini hari Selasa. Sarah libur panjang hari ini. Hari ini, adalah hari yang paling membahagiakan Sarah. Perpustakaan Sarah dibuka untuk umum. Banyak anak-anak yang mengajak temanya ke perpustakaannya Sarah (Maaf ya… nggak dikasih tau persiapan perpusnya Sarah. Kepanjangan sih… takut bosen yang baca). Sarah senang sekali. Ia memandang perpustakaan dari depan sambil tersenyum. Ia bahagia sekali. Pesan Sarah sih, sederhana saja:
“Jangan Menyerah, dan raihlah mimpimu setinggi, tinggi, tinggi,tinggi, tinggi, tingginya”

Jumat, 21 Januari 2011

“Malam di Taman Hiburan Smally”


Di negeri serba dongeng…
“Hei!! Kita mau kemana???” tanya Gita. Gita dalam negeri serba dongeng adalah seorang putri cantik. Ya… di negeri serba dongeng semuanya tidak nyata… hanya para tokoh didalam cerita dongeng.
“Kita akan pergi ke taman hiburan smally!!!” kata Rani menarik tangan Gita. Rani adalah seorang peternak ayam. Di negeri serba dongeng, rani sendirilah peternak wanita.. oh ya… Gita itu sahabat dekatnya Rani lho!!
“Tunggu! Kau bilang, kita mau pergi ke taman hiburan smally?!?” tanya Gita. Rani mengganguk.
“Aku tahu maksud kamu mengajak ku kesini Rani…” tapi, belum selesai Gita berbicara, Rani memotong.
“Memang apa maksud ku mengajakmu kesini??” tanyanya.
“Maksud kamu, karena taman hiburan smally itu paling meriah kan di negeri serba dongeng??? Lalu kamu mau mengajakku?? Aku tahu maksud kamu… tapi kan, taman hiburan smally hanya untuk orang yang diciptakan lebih kecil dari kita… sedangkan kita lebih besar…” Gita melanjutkan bicaranya.
“Karena itu! Aku membawa miss. Sun flower! Dia bisa membantu kita menjadi lebih kecil.” Kata Rani cepat.
“Tentu saja! Aku bisa membuat kalian lebih kecil untuk bisa masuk ke taman hiburan smally. Tentunya dengan mantraku ini! Tapi ingat!! Kalau kalian terburu-buru, mantra kalian akan hilang. Kalian sudah siap??” tanya miss. Sun flower. Keduanya mengganguk. Miss. Sun flower menggangkat tongkat ajaibnya.
“Izikadzaba… alakazammaaa jiahnosinosi!!! Sim salabim adrakadrabra!!” miss. Sun flower mengucapkan mantranya. Tiba-tiba, Gita dan Rani sudah ada di taman hiburan smally.
“Wooww!! Kita udah nyampe nih.. Git!! Woyy!! Jangan bengong..” kata Rani yang sadar bahwa Gita bengong.
“Eh?! Meriah banget ya!! Sekarang kita mau ngapain dulu nih??” tanya Gita.
“Gimana kalau kita lihat pertunjukan kembang api dulu??” usul Rani.
“Ayo!! Kita kearah sana yuk” kata Gita sambil menunjuk arah yang disebut. Akhirnya mereka sampai di lapangan tempat dimana pertunjukan kembang api dimulai. Disana mereka berdua bertemu mr. Farm.
“Hei!! Kalian berdua!!’ kata mr. Farm. Gita melihat kebelakang. Sepertinya ada suara.. rupanya, mr Farm! Gita terlonjak kaget, lalu mendekati mr. Farm. Disusul oleh Rani.
“Hai mr Farm! Bagaimana peternakan anda??” tanya Rani. Memang.. mr Farm juga memiliki peternakan. Sama seperti Rani.
“Makin membaik! Hai Gita! Makin kaya nih..” mr Farm tertawa. Gita tersipu malu.
“Mr. Farm ingin menonton pertunjukan kembang api ya??” tanya Gita. Mr Farm mengganguk. Akhirnya mereka menonton pertunjukan kembang api dengan senangnya.
“Hai! Sekarang kita mau kemana?? Pertunjukannya sudah selesai!” kata Rani.
“Gimana, kalau kita ke cafe aja??” tanya Gita. Mereka semua menyetujui. Setelah akhirnya sampai café, mereka berdua memesan sesuatu. Lalu, tak lama, datanglah pelayan membawakan pesanan mereka.
“Terima kasih” kata Gita. Pelayan itu meninggalkan mereka berdua. Tak lama kemudian, terjadi sesuatu yang aneh.
“Eh.! Git! Kamu ngerasain sesuatu nggak??” tanya Rani.
“Apaan sih?” tanya Gita.
“Badan aku gemeter gitu!! Padahal, aku nggak papa!” kata Rani.
“Kamu nakut-nakutin aku ya??” Gita kelihatan heran. “Tapi,, tunggu! Aku juga merasakan…”
“Tuh kan!” Rani mulai takut. Tiba-tiba badan mereka berdua makin besar, besar lagi, lebih, besar,besar dan besar. Badan mereka menjadi kurang keseimbangan. Dan Auw!! Gita tak sengaja menginjak pelayan café! Gita melihat telapak kakinya.
“Hai bung! Sepertinya mantranya habis!” kata Gita. Dan itulah akhir cerita di taman hiburan smally!!

“Pulpen Nina”


“Ayo Nina!!! Ayah sudah menunggu didalam mobil!!! Mau terlambat nggak sih?!!” panggil kak Nova.
“Ya… bentaran nape… 5 menit lagi.!!! Pulpenku hilang!” kata Nina sambil mengotak-ngatik tasnya. “Tanpa pulpen, aku tidak bisa menulis rapi!!”
“Ya udah… tinggalin aja yuk… daah!!!” kak Nova naik ke mobil. Mobil ayah meluncur kejalan.. sementara, Nina ditinggal sendiri. Kalian mau tahu yang sebetulnya??? Ok.. ceritanya, pagi-pagi sekali Nina sudah bangun… selesai mandi, Nina merapikan bukunya. Tapi, Nina menyadari, bahwa pulpennya hilang. Sudah dikatan tadi. Bahwa, kalau ia tidak menulis memakai pulpen, tulisannya akan jelek. Yang tergawat, hari ini Nina ada ulangan b. Indonesia. Yaitu, menulis puisi… dah.. sekarang balik lagi deh ke ceritanya… tiba-tiba mama masuk.
“Aduh… Nina… kok belum berangkat sekolah??! Sudah jam 7.. ulangannya kan dimulai 1 jam lagi… sedangkan sekolah kamu dan rumah kita agak jauh…” kata mama.
“Hari ini pulpen ku hilang ma! Aku tidak bisa menulis rapi tanpa pulpen.. sementara, hari ini ada ulangan b. Indonesia yaitu menulis puisi..” terang Nina.
“Ya udah… nih.. mama pinjemin pulpen.. tapi jangan sampai hilang ya!! Itu belinya jauh dari Amerika! Mahal lagi!! Bukan abal-abal lo!! Ya sudah! Sekarang cepat sekolah! Nanti telat lagi!!” mama memberikan pulpen tersebut.
“Mmhh… sebenernya Nina nggak pengen ngerepotin mama.. tapi.. thanks banget ya ma!!” Nina mencium pipi mamanya.
“Selamat jalan!!” kata mama melambaikan tanggannya. Karena ayah sudah pergi jauh, jadi Nina terpaksa naik ojeg…
“Bang! Sekolah Harapan Antariksa ya!” kata Nina sambil memberikan uang Rp 4.000.
“Iye Neng…” kata abang ojeg itu. Segera saja,, Nina melesat ke Sekolahnya..
Akhirnya setelah sampai, Nina langsung masuk ke kelasnya. Terlihat dari kaca, bu Nikita, wali kelas Nina sedang mengabsen anak-anak. Akhirnya Nina masuk.
“Nina Fadlina Putri! Kau terlambat!! Tapi, hari ini, aku memaafkan mu” kata bu Nikita.
Syukurlah,,, kata ku dalam hati.
“Sekarang… segeralah bereskan alat tulis kalian.. ulangan b. Indonesia sebentar lagi akan dimulai.” Kata bu Nikita. Tak lama, pak Hendry masuk. Pak Hendry adalah guru b. Indonesia disekolah Nina.
“Selamat pagi anak-anak… sekarang, tolong keluarkan alat tulis kalian.. kita akan mulai ulangannya” semua anak mengeluarkan tempat pensilnya. Termasuk Nina. Nina mencari pulpennya. Tapi?? Hilang lagi???
“Wah… mana ya??? Pulpen yang mama berikan??? Jangan sampai hilang deh…” akhirnya Nina mencari pulpen itu. Tapi??? Hasilnya 0!!
“Terpaksa deh aku dimarahin.. ya udah deh.. aku pake pensil aja..” akhirnya Nina mengeluarkan pensilnya. Pak Hendry memberikan lembar soal.
“Selamat berjuang..” kata pak Hendry menyemangati Nina. semua anak mengerjakan dengan tekun.
Kriinnngg!!!!! Bel berbunyi. Tandanya pulang! Semua anak berhamburan keluar kelas masing-masing rame deh!! Hari ini Nina merasa sedih. Karena?? Mau tahu?? Ini alasan Nina sedih:
- Karena sudah datang terlambat
- Sudah menghilangkan pulpennya sendiri dan pulpen mamanya
- Sudah membuat kak Nova menunggu lama tadi pagi
- Dan.. mengorbankan uang sakunya untuk membeli pulpen yang baru..
Oke… udah tau kan sekarang??? Balik lagi ke ceritanya yuks… kalau biasanya Nina kemarin langsung pulang kerumah, hari ini Nina pergi dulu ke toko alat tulis yang tak jauh dari sekolahnya untuk membeli pulpen yang baru.
“Kira-kira Rp. 10.000 cukup tidak ya untuk membeli pulpen yang baru???” kata Nina bingung. Akhirnya ia pergi ke toko alat tulis. Akhirnya ia berhasil mendapat pulpen baru. Meskipun, pulpen itu lebih jelek daripada punya Nina yang sebelumnya. Akhirnya, ia pulang dirumah..
“Mama!!! Nina pulang ma..” kata Nina.
“Oh… rupanya.. sudah datang.. ayo masuk! Segeralah ganti bajumu! Lalu cuci tangan, karena mama sudah menyiapkan makanan siangnya..” kata mama. Nina mengacungkan jempolnya. Ia segera ganti baju dan cuci tangan. Lalu makan dengan lahapnya.. mmmhh.. lalu mama ikut duduk di meja makan.
“Gimana sekolahmu nak??” tanya mama.
“Aku ingin mengatakan ini… tapi ada satu syarat!” kata Nina menunjukan jari telunjuknya.
“Apakah syarat tersebut??” tanya mama.
“Jangan marah!!” kata Nina. Mama mengangguk.
“Pulpen mama hilang” kata Nina. Mama langsung tertawa. Kok tertawa??? Bukankah itu pulpen termahal punya mama???
“Karena itu.. aku harus rela mengahabiskan uang sakuku hanya untuk membeli sebuah pulpen…” kata Nina ketus. Mama berhenti tertawa.
“Kau tahu pulpen itu???” tanya mama tersenyum.
“Aku tidak mengerti maksud mama?!” kata Nina.
“Kau tahu?? Itu hanya pulpen murahan yang dihias mama menjadi bagus!!!” mama tertawa lagi.
“Itu tidak lucu! Lebih baik aku tidur ah…” Nina berjalan menuju kamarnya. Ia segera naik keatas kasur yang emmpuukkk seperti roti bantal… ia memandang ke atas.. tiba-tiba, tak tahu kenapa, dibawah kakinya terdapat sesuatu benda yang keras. Ia mencoba mencari benda itu.
“Dapat!!’ kata Nina sambil memegang benda tersebut. Nina melihatnya.
“Ini kan pulpenku dan pulpen mama!! Berarti ketinggalan di kasur dong!!! Yeee!!! Ketemu!!! Teryata aku orang pikun ya!!” kata Nina sambil memukul-mukul kepalanya…

“Itu, Yang Nggak Pernah Aku Lupakan”

Hari ini disekolah…
Aku sudah mulai gugup. Sekarang waktunya pengumuman hasil nilai ulangan matematika kemarin. Bu Hanny, guru matematika disekolahku, memasuki ruang kelas.
“Selamat siang anak-anak! Hari ini pengumuman hasil latihan nilai matematika. Kalian sudah siap??” tanya bu Hanny.
“Emmh… selamat pagi…” kata ku berserta anak-anak lain. Kelihatannya juga mereka kelihatan gugup.
“Tuh kan bener! Hari ini tuh pengumuman hasil nilai matematika…!!! Duhh!!!!!” kata ku dalam hati.
Akhirnya aku pasrah saja… bu Hanny mulai membagikan lembaran kertas soal yang dikerjakan kemarin. Bu Hanny menghampiriku.
“Lebih tekun lagi ya Octaf…” bu Hanny memberikan lembaran kertas soal matematika. Aku melihat soal itu. Kulihat baik-baik.
“Wah!!!! Nilainya 40 nih…. Gimana ya??? Mama pasti marah…” kataku sambil melihat lembaran soal yang tadi diberikan. “Pasti, karena kemarin mainnya facebookkkk mulu! Lupa belajar.! Tapi, mungkin salah tulis kali!!! Ah ngayal kamu! Ah… au ah..” aku berbicara dalam hati.
“Kalian sudah dapat lembaran soalnya semua??” tanya bu Hanny. Aku beserta teman-teman yang lain mengganguk.
“Bagus! Sekarang kalian boleh pulang!” semua langsung berhamburan keluar kelas. Tapi tiba-tiba…
“Octaf!! Octaf!!!” kata seseorang. Aku lihat kebelakang. Rupanya, Laila!
“Kenapa Laila??” tanya ku.
“Rupanya, kertas kita tertukar!” kata Laila menyerahkan kertas soal matematika. Muka ku sudah berseri-seri saja.. Laila menyerahkan kertasnya kepadaku dan sebaliknya. Kulihat kertas tersebut.
“Wah!!! Lebih buruk! Aku dapat nilai 18!!!!” aku keluar kelas dengan muka murung.. dan itu,,, yang nggak pernah aku lupakan…

Senin, 03 Januari 2011


1. QWERTYUIOP
2. ASDFGHJKL
3.ZXCVBNM.
Pertayaanku, dari semua huruf yang berderet disini, (Mulai dari nomor 1-3), bisakah kalian membuat kata dari satu nomor?

“Hari Buruk!!!!”

Pagi itu..


Aku menatap jam tanganku. “Wah udah jam tujuh!! Ma!! Aku duluan berangkat sekolahnya ya… nggak ada waktu nih buat sarapan!” pamitku.
“Oh.. Iya deh! Hati-hati ya dijalan!” mama melambaikan tangannya. Aku langsung naik kemobil. Tak sempat aku membalas lambaian tangan mama.
“Heri!! Cepet ya jalannya! Keburu macet diperempatan!!” suruhku kepada sopirku. Memang, kalau sudah jam tujuh itu, jalan perempatan deket sekolah tuh ku suka macrett!! Dan, panjangnya bisa sampai 7 km! gila!
“Maafkan saya nona Lisa. Tapi,sepertinya kita sudah kena macetnya!” kata Heri.
“Duh.. capcay deh!” aku tiba-tiba teringat sesuatu. Pr! Pr sains ku!! Ketinggalan!! Aku mencari-cari ditasku. Tapi, untuknya ada! Syukurlah.. sambil menikmati macet, aku mengerjakan pr sainsku. Aku membuka halaman 56. Wah!!! 60 soal!!!
“Waduh!?!? Capcay lagi deh!” aku hampir pingsan. Akhirnya aku kerjain aja prnya sebisaku.
“Apa saja ciri-ciri mahluk hidup.. ya??” aku membaca soal. Kutulis: B3TM= Bernafas, Berkembang biak, Bergerak, Tumbuh dan Makan. Tapi, giliran aku mau nulis biak-nya, aku malah nulis kabi.. duh.. mana harus dihpus dulu lagi.!
“Nona.. sebentar lagi sudah sampai disekolah..” Heri memberitahu.
“Iya..” aku hanya menjawab seadanya.
“Ayo! Tinggal 4 soal lagi nih!” aku menyemangati diriku sendiri. Tapi terlambat. Aku sudah duluan sampai di sekolah.
“Yah.. tambahan 50 soal dari bu Mus lagi dong.. hiks.. hiks.. betapa malangnya aku..” aku memasukkan pensil mekanikku dan buku sains kedalam tas. Aku keluar dari mobil. Suasana diruang parkir mobil itu sanggaaatt sepi. Aku berjalan kearah koridor, lalu melewati lorong. Tujuanku adalah kelas 3 A. ternyata aku telambat. Aku lihat kedalam kelas lewat kaca pintu. Disana ada pak Gentar sedang mengajar seni musik. Karena tak mau lama-lama diluar, aku langsung membuka pintu dengan grogi. Meskipun, pasti aku dapat konsikuensinya, yaitu: “JONGKOK SAMBIL BERPUTAR MENGELILINGI LAPANGAN BASKET!” atau “BERDIRI DIDEPAN KELAS, KUPING DIJEWER SAMBIL NYANYIIN LAGU HILALAYAN YANG SUPER PANJANG ITU!”.. aku membuka pintu. Tampak diujung kelas, dimana tempat bu Atria berdiri. Bu Atria adalah wali kelas 3A. bu Atria kelihatan marah.
“Lisa!!!” panggil bu Atria. Kelihatan jelas darah beliau sudah naik lagi.
“Ya bu..” jawab ku lirih.
“JONGKOK SAMBIL PUTAR MENGELILINGI LAPANGAN BASKET! 100 KALI!” aku terdiam. Aku menuju keloker tasku. Lalu menaruh tasku. Aku cemberut. Sedangkan teman-teman yang tertawa. Malahan, ada yang sampai mau ketoilet. Uuuuuuhh!!! Sebel! Aku segera kebawah lagi, untuk ke lapangan basket.tapi, aku nyeker. Kakiku telanjang. Tanpa alas sedikit pun. Akhirnya hukuman itu pun selesai. Aku pun kembali ke kelas. Rupanya, sedang berlangsung pelajaran sains. Aku bernapas lega. Tapi, tiba-tiba aku berpikir… prku! Belum selesai! Pikirku dalam hati. Keringat mulai bercucuran. Aku melihat lagi lewat jendela pintu. Disana, ada bu Mus sedang mengajarkan materi tentang mahluk hidup. Lagi-lagi aku grogi. Aku membuka pintu. Rupanya, teman-teman yang lain sedang konsentrasi ke bu Mus. Semua, termasuk bu Mus tak ada yang melihat kedatangan aku. Aku menuju loker tas. Meraih tas, lalu memasukkan buku-buku pelajaran kedalam loker meja. Aku menaruh tas, lalu duduk dikursi.
“Keluarkan pr sains halaman 56!” suruh bu Mus. Semua anak mengambil buku sainsnya di loker meja. Kecuali, aku.
“Lisa!” kata bu Mus.
“Ada apa??” tanya ku. Aku mulai takut. Takut karena ada soal tambahan. Banyak lagi! 50 soal!!!
“Keluarkan buku sainsmu! Halaman 56!” perintah bu Mus. Kali ini dengan suara lantang. Dengan tangan gemetar, ku keluarkan buku sainsku. Bu Mus menatapku dengan muka masam.
“Sini! Biar kuperiksa pekerjaanmu!” bu Mus menyerahkan tangannya.
“Tidak!” aku menggeleng. Aku menyembunyikan buku sainsku di belakang punggung.
“Ayo sini!!” bu Mus merebut. Aku mengangkat bukuku keatas, supaya bu Mus tidak menemukan bukuku di belakang punggung. Namun sia-sia.bu Mus mendapatkan buku tersebut.
“Jangan sembunyikan sesuatu dariku!” kata bu Mus sambil memeriksa halaman 56.
“Lisa!!!” kata bu Mus sambil melempar buku sains kearah meja.
“Tambahan 50 soal!” semua teman-teman tertawa. Bu Mus meninggalkan ku. Aku mendengus kesal. Huhhh! Bu Mus kembali menerangkan pelajaran sains tersebut. Akhirnya, tak lama setelah itu, pelajaran yang menyebalkan hari itu sudah selesai. Waktunya istirahat!!!
Semua anak berhamburan keluar kelas. Ada yang ke ruang bermain, ada yang main dilapangan, ada yang ke perpustakaan, ada yang duduk-duduk ditaman, ada yang menghabiskan bekal.. dan masih banyak deh! Salah satunya, yang menghabiskan makanan adalah Mona dan aku! Aku dan Mona ini memang akrab sekali.. dan, kalau orang yang belum mengenal mereka berdua, pasti mengira mereka kembar!
“Eh.. Mona! Makan bekal yuk!” ajak aku.
“Ayo!” mereka berdua mengambil bekal masing-masing. Lisa mencari bekalnya ditas. Ia nampak cemas.
“Mana ya bekalku??” tanyaku sambil mencari-cari bekalnya. Tiba-tiba aku terpikir. aku mengingat kejadian tadi pagi.
“Oh..! waktu itu aku buru-buru berangkat sekolah! Jadi, belum sempat membereskan bekal! Duh.. Mona marah nggak ya!??”aku mulai cemas. Aku melihat Mona sedang menunggu didepan kelas. Aku menghampiri Mona.
“Eh.. Mon.. maaf ya? Udah bikin kamu nunggu lama.. maaf nih.. ternyata setelah kulihat ditasku, ternyata aku lupa bawa bekal.. nggak papa kan??” tanya ku.
“Oh.. tentu…” jawab Mona. Tiba-tiba aku dipanggil seseorang. Oh.. Tinna, Rita, Via, Liyta dan Julie rupanya..
“Eh! Lisa!” panggil mereka berlima.
“Ada apa??” tanya ku.
“Main petak jongkok yuk!” ajak mereka.
“Ok!” kami semua berkumpul dilapangan rumput. Disana lumayan sepi… akupun segera hompimpa. Yang jaga adalah Tinna! Huuhh.. capek! Tapi seru! Hiyyaa!!! Ayo Tinnna!! Kejar kita!! Hihihi..
Tak terasa, kami berenam sudah lama bermain… keringat ku sudah bercucuran deras. Via dan Julie mengambilkan minuman untuk Tinna, Rita dan Liyta. Tapi, aku tidak diambilkan.
“Kok aku tidak diambilkan minum??” tanya ku kepada Via.
“Aku tidak melihat tempat minum mu..” ujar Via yang ngos-ngosan saat itu dikejar Tinna.
“Oh.. ya sudah.. teman-teman! Aku kekelas dulu ya!” aku pamit. Aku berlari menuju kelasku. Aku mencari tempat minumku dimana-mana, namun tidak ada.
“Yah.. harus ke pantry dong… ya udah deh.. ngak papa. Walaupun.. capcay deh!” aku berlari kepantry. Aku mengambil gelas lalu duduk dulu sebentar di sofa. Wah.. enaknya.. di dalam pantry itu sepi. Hanya aku saja. Setelah itu aku mencuci gelasnya. Lalu, meninggalkan pantry.tiba-tiba… Kriinnngg! Bel tanda selesai istirahat berbunyi. Anak-anak berbondong-bondong kekelas masing-masing. Aku berjalan kearah lantai 2. Kulihat kedalam kelasku. Masih sepi. Mungkin, masih ada yang dalam perjalan menuju kelas. Aku masuk kedalam. Sudah ada 5 orang. Bagas, Nia, Vita, Julie dan aku. Serta 2 guru. Bu Atria dan bu Citra. Bu citra adalah guru matematika. Memang, disekolahku setiap satu pelajaran satu guru.aku duduk di bangku. Menunggu teman-teman yang lain masuk. Suasana dikelasku saat itu sangat sepi. Hanya terdengar coretan tangan julie yang sedang menggambar manga. Tak lama setelah itu, teman-teman yang lain semua memasuki ruang kelas 3 A. pelajaran matematika pun dimulai.
“Ok anak-anak! Kita akan mulai memasuki bilangan pecahan!” kata bu Citra menerangkan.
“Sekarang, tolong keluarkan alat tulis kalian, serta buku paket matematikanya! Halaman 43” perintah bu citra. Semua anak mengambil bukunya masing-masing. Aku meraih buku paket matematikaku. Lalu menaruhnya di atas meja. Sekarang aku ingin mengambil tempat pinsil. Tapi, pensil itu tidak ada.
“Oh iya ya! Masih ditas! Duh.. aku lupa!” lalu aku mengangkat tanganku untuk minta izin.
“Bu…”
“Ada apa??” tanya bu Atria
“Mau ambil pensil ditas..” jawabku pelan.
“Silahkan..” bu Atria mengijinkan. Aku meraih tasku diloker. Aku cari disemua bagian tas. Nggak ada!
“Wah.. jangan-jangan, ketinggalan di mobil.. duh!!!!” aku menaruh lagi tas ku. Aku menatap ke sampingku.
“Indah dateng nggak ya???” kutengokkan kepalaku kesamping kiri.
“Wah..!! nggak dateng! Duh aku pinjem pinsil ke siapa ya??” aku curi-curi pandang kedepan. Fahmi!
“Mi! Fahmi! Boleh pinjem pensil nggak??” aku mencolek punggung Fahmi.
“Eh, Lis! Ini!” Fahmi memberikan pensil bergambar mickey mouse.
“Eh.. thanks!” aku mulai membuka halaman 43. Lalu, bu Citra menjelaskan isi halaman 43. Anak-anak semua mengisi soal matematika dengan tekun.
Pelajaran matematika sudah selesai. Sekarang perkumpulan grup. English club! Tapi, hari ini ada kabar buruk dari Shafira ketua kelas. Hari ini bu Nina tidak bisa hadir dalam english club hari ini. Karena bu Nina sedang sakit. Sayang! Padahal, kan sekarang pengumuman pemenang tts konyol! Memang, 2 pekan yang lalu, bu Nina mengadakan tts konyol waktu English club. Jadi bu Nina ngasih tts, pertanyaanya pakai b. inggris. Tapi aneh-aneh semua pertyaanya. Susah.. tapi seru!
“Jadi.. boleh langsung pulang. Karena buguru juga akan mengadakan rapat.” Beritahu Shafira.
“Yeeee!!!!” semua anak-anak bersorak. Anak-anak ribut membereskan buku-buku kedalam tas. Lalu, mereka berdoa sebelum pulang, sesuai agama sendiri-sendiri. Semua berhamburan keluar kelas. Aku langsung menuju ruang parkir mobil. Disana terlihat Heri sedang menunggu didalamnya. Aku masuk kemobil. Dengan muka cemberut.
“Kenapa nona Lisa???” tanya Heri.
“Hari ini memang hari buruk!” kata ku ketus.
“Mengapa gerangan???”
“Masak, tadi disekolah dihukum keliling lapangan seratus kali, terus pas pelajaran sains aku ditambah soalnya. 50 soal!! Terus, pas istirahat lupa bawa bekal! Lalu, habis main petak jongkok harus kepantry dulu, gara-gara nggak bawa minum! Pas pelajaran math! Lupa bawa pensil! Tapi untungnya Fahmi mau minjemin! Dan, hari ini nggak ada English club! Padahal, itukan club yang paling seru disekolah…” terang ku.
“Oh…” Heri hanya mengagguk. Takut, kalau banyak bicara, bisa-bisa ngamuk deh! Huhuuuuhh… memang hari ini hari yang buruk. Semoga, itu tak terjadi pada kalian..

Sabtu, 01 Januari 2011

“Adik Baru”

Hari ini Ken sangat senang. Karena dirumahnya ada penghuni baru. Siapakah dia?? Oh.. ternyata Azira Nurathifah Nurma! Adik pertama Ken. Dia dipanggil Thia. “Assiikk! Adik bayi datang!” seru Ken senang. “Hsstt! Adikmu nanti nangis!” papa mengingatkan. “Ups!” Ken menutup mulutnya. Oleh mamanya, adik bayi tersebut, ditaruhnya di sebuah box bayi. Alangkah lucunya bayi tersebut. Papa, mama, serta Ken menatapi bayi yang ada di Box itu. “Lucunyaaa” kata mereka semua. Akhirnya, mereka bertiga membiarkan bayi itu tidur dikamar. Ketiga orang itu duduk disofa. Mama memberikan sebuah teh hangat aroma blueberry. Hmmhh.. sedap! Diwaktu yang dingin, mereka bisa beristirahat dengan secangkir teh hangat. Lama kelamaan, Ken merasa bosan. Ia ingin bermain dengan mainannya. Tapi.. “Nak, kamu mau kemana??” tanya mama. “Mau main diruangan bermain” kata Ken. “Sudahlah.. kau kan sudah besar. Berikanlah mainanmu, kepada adikmu.” Kata papa. “Tapi, kan anak seumuran Thia belum boleh mainan kaya punya ku!” seru Ken. “Sudahlah..” kata kedua orangtuanya. Keduanya langsung meninggalkan Ken. Kembali kekamar si Thia. Ken mengintip dibalik pintu. Dilihatnya, kedua oratuanya sedang memanja-manjakan adik barunya. Ia berbalik. Ken pergi ke kamarnya dengan perasaan kesal. Ken mendengus. “Akhir-akhir ini, semua perhatian tertuju kepada Thia. Kenapa sih?? Mentang-mentang dia anak bayi??” tiba-tiba ia berpikir. Ia masuk kedunia yang tak tahu apa namanya. Ia bertemu seorang burung kecil. Ia kelihatan sedih. Ken menghampiri burung itu. “Ada apa burung??” tanya Ken. “Aku sangat sedih karena aku belum bisa terbang seperti kakak-kakakku yang sudah besar itu” kata si burung sambil menunjuk kakaknya. “Oh sudahlah.. ketika kau sudah besar, kau pasti akan bisa melakukan itu semua” hibur Ken. Ia meninggalkan burung itu. Akhirnya setelah itu Ken bertemu sungai yang airnya sangat sejuk. Disana ia melihat sebuah kodok sedang berdiri diatas daun teratai. Kodok itu kelihatan senang. “Eh hai kodok! Sepertinya kau senang sekali.” sapa Ken. “Eh, oh,hai! Ya! Aku senang sekali. Karena aku sudah besar.” Kata kodok itu. “Mengapa kau menyukai besar??” tanya Ken. “Karena, kalau seandainya aku kecil, aku bisa dimangsa ikan besar. Dulu kan aku kecil. Aku dulu sebuah kecebong” jelas kodok itu. Eeeehh! Itu Cuma ilusi! “Oh iya ya! Aku kan lebih kecil dari Thia. Seharusnya, pikiranku juga makin dewasa! Aku kan sudah besar! Aku sudah harus melindungi Thia yang lebih kecil!” Ken berlari kekamar Thia. Disana ia melihat mama yang sedang menggendong Thia. “Waa.. lucu sekali! Kalau begitu aku akan menjadi kakak yang baik!” kata Ken. “Tentu saja! Bahkan kau lebih ganteng ketika dewasa!” kata mama.