Sabtu, 01 Januari 2011

“Adik Baru”

Hari ini Ken sangat senang. Karena dirumahnya ada penghuni baru. Siapakah dia?? Oh.. ternyata Azira Nurathifah Nurma! Adik pertama Ken. Dia dipanggil Thia. “Assiikk! Adik bayi datang!” seru Ken senang. “Hsstt! Adikmu nanti nangis!” papa mengingatkan. “Ups!” Ken menutup mulutnya. Oleh mamanya, adik bayi tersebut, ditaruhnya di sebuah box bayi. Alangkah lucunya bayi tersebut. Papa, mama, serta Ken menatapi bayi yang ada di Box itu. “Lucunyaaa” kata mereka semua. Akhirnya, mereka bertiga membiarkan bayi itu tidur dikamar. Ketiga orang itu duduk disofa. Mama memberikan sebuah teh hangat aroma blueberry. Hmmhh.. sedap! Diwaktu yang dingin, mereka bisa beristirahat dengan secangkir teh hangat. Lama kelamaan, Ken merasa bosan. Ia ingin bermain dengan mainannya. Tapi.. “Nak, kamu mau kemana??” tanya mama. “Mau main diruangan bermain” kata Ken. “Sudahlah.. kau kan sudah besar. Berikanlah mainanmu, kepada adikmu.” Kata papa. “Tapi, kan anak seumuran Thia belum boleh mainan kaya punya ku!” seru Ken. “Sudahlah..” kata kedua orangtuanya. Keduanya langsung meninggalkan Ken. Kembali kekamar si Thia. Ken mengintip dibalik pintu. Dilihatnya, kedua oratuanya sedang memanja-manjakan adik barunya. Ia berbalik. Ken pergi ke kamarnya dengan perasaan kesal. Ken mendengus. “Akhir-akhir ini, semua perhatian tertuju kepada Thia. Kenapa sih?? Mentang-mentang dia anak bayi??” tiba-tiba ia berpikir. Ia masuk kedunia yang tak tahu apa namanya. Ia bertemu seorang burung kecil. Ia kelihatan sedih. Ken menghampiri burung itu. “Ada apa burung??” tanya Ken. “Aku sangat sedih karena aku belum bisa terbang seperti kakak-kakakku yang sudah besar itu” kata si burung sambil menunjuk kakaknya. “Oh sudahlah.. ketika kau sudah besar, kau pasti akan bisa melakukan itu semua” hibur Ken. Ia meninggalkan burung itu. Akhirnya setelah itu Ken bertemu sungai yang airnya sangat sejuk. Disana ia melihat sebuah kodok sedang berdiri diatas daun teratai. Kodok itu kelihatan senang. “Eh hai kodok! Sepertinya kau senang sekali.” sapa Ken. “Eh, oh,hai! Ya! Aku senang sekali. Karena aku sudah besar.” Kata kodok itu. “Mengapa kau menyukai besar??” tanya Ken. “Karena, kalau seandainya aku kecil, aku bisa dimangsa ikan besar. Dulu kan aku kecil. Aku dulu sebuah kecebong” jelas kodok itu. Eeeehh! Itu Cuma ilusi! “Oh iya ya! Aku kan lebih kecil dari Thia. Seharusnya, pikiranku juga makin dewasa! Aku kan sudah besar! Aku sudah harus melindungi Thia yang lebih kecil!” Ken berlari kekamar Thia. Disana ia melihat mama yang sedang menggendong Thia. “Waa.. lucu sekali! Kalau begitu aku akan menjadi kakak yang baik!” kata Ken. “Tentu saja! Bahkan kau lebih ganteng ketika dewasa!” kata mama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar