Senin, 21 Maret 2011

“Jujur itu Baik!”


“Tadi seru ya!” kata Jihan.
“Seru apanya? Aku kalah terus gara-gara kau!” kata Eva. Rupanya mereka baru saja main kejar-kejaran.
“Eh.. tapi, kamu mau tahu nggak caranya supaya terus-terusan menang?” tanya Jihan.
“Mau dddooonngggg” kata Eva panjang.
“Mau tahu? Ya… rahasialah!” kata Jihan sambil tertawa. Huh! Eva hanya mendengus kesal. Tiba-tiba..
“Hei! Aku menemukan uang!” kata Eva. Eva mengambil uang itu. Uang itu cukup besar jika dipegang anak-anak.. yaitu 50.000
“Lalu?” tanya Jihan.
“Kita akan beli city toys!” kata Eva. City toys adalah mainan yang sedang naik daun di kota mereka.
“Sebaiknya jangan! Kita bilang saja ke pak polisi! Nanti pak polisi akan cari tahu, uang siapa itu!” kata Jihan.
“Ah! Sudahlah! Ini kan keberuntungan!” kata Eva menolak.
“Ya udah deh..terus nanti aku dapat apa?” tanya Jihan.
“Kembaliannya nanti buat kamu ya!” kata Eva. Mereka pun pergi ke toys shop. Toys shop adalah toko mainan yang paling lengkap di negara mereka. Disana banyak mainan-mainan yang berkualitas bagus. Selain bagus, harganya juga selangit! Alias, murah-murah. Makanya, Jihan dan Eva senang sekali beli mainan di Toys shop. Kalau mau beli mainan, ya Toys shop aja… (Duh kok jadi promosi???) Eva berlarian kesana-kesini mencari rak yang menyimpan mainan city toys. Akhirnya Eva pun menemukannya. Eva mengambil salah satu kotak putih yang bertuliskan “City Toys” dari rak mainan. Mereka segera membayar ke kasir.
“Semuanya jadi 66.000 ribu” kata petugas kasir. Eva menyerahkan uang 50.000 yang ditemukannya. Petugas kasir pun menyerahkan kembaliannya.
“Terimakasih atas kunjungannya” kata petugas kasir itu ramah. Mereka keluar dari bagunan toys shop.
“Sekarang, kita beli es krim saja ya! Udaranya sedang panas nih” kata Eva. Jihan mengangguk.
“Setuju! Kebetulan, aku sedang ingin makan es krim!” kata Jihan. Mereka berdua pun pergi ke kedai es krim yang tak jauh dari toys shop. Es krim disana relatif murah. Paling murah mungkin.. 50 perak? Ya.. di kedai es krim harganya murah-murah. Di kota mereka banyak toko yang menawarkan kemurahan yang fantastik. Mereka pun memasuki ruangan kedai es krim yang dicat biru cerah. Disana-sini banyak lukisan tentang es krim. Mereka duduk di sova nomor 6. Tak lama, pelayan pun datang membawakan menu-menu di kedai es krim. Akhirnya Eva memutuskan untuk memesan ice mint. Dan Jihan pun memesan bluberry ice. Mereka pun menunggu beberapa lama, dan.. TETOT! Akhirnya es krim yang mereka tunggu tiba. Mereka pun menikmati es krim yang memang terkenal itu. Di kedai es krim sangat ramai. Tapi, Eva dan Jihan bisa menemukan tempat duduk.
“Duh.. dinginnya! Enak!” kata Jihan. Eva hanya tersenyum.
“Sudah selesai?” tanya Eva. Jihan mengangguk. Akhirnya mereka membayar pesanan es krim mereka. Mereka pun keluar dari ruangan kedai es krim yang sesak. Mereka berdua pun memutuskan untuk pulang, karena hari sudah mulai gelap. Mereka berpisah di kedua jalan. Di perjalanan, Eva bertemu Lina, sahabatnya. Lina kelihatan sedih.
“Kenapa?” tanya Eva kepada Lina. Kotak mainan city toys yang hampir jatuh dipegangnya erat-erat.
“Uang ku hilang.. aku tak tahu dimana sekarang uang itu.. padahal, uang itu dititpkan mamaku kepadaku untuk belanja dipasar.. huhuhuuhu” kata Lina sedih. Eva kaget. Uang Lina hilang? Apakah uang 50.000 tadi adalah uang Lina yang hilang itu? Hati Eva jadi tidak enak. Seharusnya tadi Eva menuruti perkataan Jihan.
“Sebaiknya jangan! Kita bilang saja ke pak polisi! Nati pak polisi akan cari tahu, siapa itu!”
Tapi, uang itu sudah terlanjur untuk membeli city toys. Ia menyembunyikan kotak putih city toys di belakang pungungnya. Ia meremas kotak itu. Lalu, muncul Galih, teman Lina yang lain.
“Maaf Lina, tapi aku tidak menemukan uang itu” kata Galih. Lina menunduk.
“Baiklah, kalau uang itu hilang, aku akan bilang ke mama saja apa yang terjadi” kata Lina sedih. Lina pergi meninggalkan Eva dan Galih. Galih pun ikut pergi. Eva pun tertunduk. Hari mulai gelap. Ia pergi lagi ke toys shop. Ia ingin menukarkan uang 50.000nya tadi dengan city toys. Ia berlari sekencangnya. Sesampainnya di toys shop, Eva langsung pergi ke kasir.
“Pak, saya ingin menukarkan uang saya dengan city toys ini” kata Eva. Ia megeluarkan kotak putih yang ia remas tadi.
“Maaf dik. Tapi kotak ini sudah rusak. Tidak bisa ditukar lagi” kata bapak penjaga kasir itu. Eva hanya menunduk. Hatinya gelisah sepanjang perjalanan pulangnya. Ia tidak bisa membayangkan apa-apa lagi. Kalau mengaku, mungkin Lina tidak ingin lagi jadi sahabat Eva. Tapi apa boleh buat? Semoga ada jalan lain untuk Eva..
***
Dirumahnya, Eva hanya menatap mainan city toysnya. Eva kelihatan muram. Ia pergi ke kamarnya dia pun tidur di kasurnya. Eva melihat ke atas.
“Kenapa aku harus membeli city toys ini sih?” sesal Eva . dia memegang mainan city toys itu. Dia meletakkannya lagi. Dia hanya pasrah. Tak tahu harus melakukan apa. Dia pun terbaring di kasurnya. Dia bermimpi kalau dia dijauhi oleh Lina.
“Kau memang jahat! Aku tak ingin bersama mu lagi!”
Eva juga bermimpi kalau dia dimarahi kedua orang tuanya.
“Kau memang anak yang tak tahu diri! Seharusnya, kalau menemukan uang, bilanglah kepada pak polisi.! Dasar anak bandel!”
AH! Eva terbangun. Dia sangat takut. Hanya ada satu jalan untuk mennyeselesaikan masalah ini. bilang yang sebenarnya kepada Lina..
***
Esoknya, pagi yang cerah menyelimuti rumah Eva. Eva memutuskan pergi keluar, untuk kerumah Lina. Ia pergi kerumah Lina. Dirumahnya, ternyata Lina sedang bermain di halaman rumahnya.
“Lina!” kata Eva. Lina mendekati Eva.
“Ada apa?” tanya Lina heran.
“Mmmhh… sebenarnya,.. ehh…” Eva kelihatan gugup.
“Kenapa?”
“Sebenarnya, aku yang mencuri uang itu” kata Eva. Eva mulai menceritakan semuanya.
“Uang yang diberi mamaku itukan 20.000” kata Lina. Eva kaget.
“Tapi, tak apa. Lain kali, kalau menemukan sesuatu bilang pak polisi. Pak polisi akan membantumu menyelesaikan masalahnya” kata Lina lagi. Eva hanya tersenyum malu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar