Selasa, 15 Maret 2011

“Camping!”


Anak itu bernama Aira Mustika Sari. Lahir di Jakarta, 19 November 2002. Anaknya lucu. Imut, sabar, jujur, setia, ramah, sopan dan baik hati. Rambutnya yang se-leher itu selalu dikepang dua. Aira memiliki 2 sahabat yang setia menemaninya kemanapun mereka pergi (kayak ratu dikawal petugas ya..). sahabatnya bernama Khaira dan Shafina.
***
Aira hari ini kelihatan bosan. Saanggatt bosan. Hari ini, Aira libur panjang. Ia bosan melakukan sesuatu. Tapi, kalau Aira diam saja, Aira ingin melakukan sesuatu. Serba salah deh.. tak lama, datanglah sebuah ide cemerlang. AHA!
“Aku akan mengadakan camping! Aku akan mengajak Khaira dan Shafina” kata Aira. Maka, Aira pun mendatangi bundanya. Rupanya, bunda sedang membaca majalah di ruang tamu.
“Bunda!” panggil Aira. Aira melihat bundanya yang sedang duduk di sofa kuning sambil membaca majalah. Aira mendekati bundanya.
“Kenapa Aira?” tanya bunda sambil menutup majalah yang sedang ia baca.
“Aku mau membuat acara camping. Rencananya, aku akan mengajak Khaira dan Shafina” kata Aira.
“Ooohhh.. soal itu? Tentu saja boleh. memangnya, kamu sudah siapkan bekal dan perlengkapan lainnya??” tanya bunda memastikan.
“ Mmhh.. soal itu sebenarnya gampang… mmhh.. hanya saja.. aku minta uang untuk membeli bekal.. boleh kan?” tanya Aira.
“Itu! Pastilah.. ini” kata bunda sambil merogoh kantung bajunya. Bunda mengeluarkan dua buah uang seratus ribu.
“wah.. banyak banget!” kata Aira.
“Tapi, kamu sudah memutuskan ingin camping dimana?” tanya bunda.
“Hhmm.. ehh… hutan Mataria..” kata Aira ragu.
“Bagus! Itu pilihan yang tepat.. ngomong-ngomong, campingnya berapa hari?” tanya bunda untuk kesekian kalinya.
“7 hari” kata Aira simple. Aira meninggalkan bundanya. Ia pergi keluar untuk membeli perlengkapan untuk camping dengan uang yang diberi dari bundanya. Beli apa ya? Gumam Aira. Akhirnya Aira sampai di mini market. Disana, Aira membeli banyak barang. Mau tau daftar barang belanjaan Aira? Yuk lihat!
Daftar belanjaan Aira.
Aira Mustika Sari
Date: 9/2/10
-Biskuit coklat 5 bungkus
-Wafer selai kacang 4 pack
-Cookies cream 8 bungkus
-Milk shake ( dalam kemasan botol) 4 botol
-Yogurt rasa nanas 4 botol
-Susu rasa cofee 4 botol
-20 bungkus mie instan

Selesai! Setelah membayar, Aira langsung keluar dari bangunan mini market yang di cat putih itu. Huuff! Leganya! Sekarang Aira kembali ke rumahnya untuk menaruh belanjaanya. Setelah itu lalu kerumah Khaira dan Shafina. Ternyata, Khaira sedang ada di rumah Shafina.
“Khaira! Shafina!” panggil Aira.
“Hai!” sapa Shafina dan Khaira kompak.
“Mmmhh.. mau nggak kalian diajak camping?” tanya Aira minta persetujuannya.
“Boleh! beneran?” tanya Khaira.
“Semua camping ya beneran! Oh ya! Boleh deh.. aku ikut!” kata Shafina.
“Aku juga! Ikut! Tapi, berangkatnya kapan?” tanya Khaira.
“Besok? Mau?” tanya Aira lebih lanjut.
“YA!” kata Khaira dan Shafina menyetujui.
“Kalian sudah tau kan barang apa saja yang harus dibawa?” kata Aira menge-cek. Layaknya ibu yang sedang memeriksa bawaan anaknya ke sekolah.
“Iya dong” kata Shafina. Aira tersenyum.
“Bagaimana, nanti berangkatnya jam 6 pagi. Kita kumpulnya di rumah Shafina.. setuju?” usul Khaira.
“SETUJU!” sorak Aira.
“Berarti semuanya sudah beres..” kata Shafina.
“Ada sih… dikit lagi” kata Aira.
“Apaan tuh?” tanya Khaira. Dahinya berkerut.
“Naik apa nanti kesana? Terus kita campingnya dimana?” lanjut Shafina.
“Kalau campingnya sih.. di hutan Mataria.. tahu kan? Kalau keswananya naik.. mmhh..??” Aira berpikir-pikir.
“ANGKOT!” seru Khaira.
“Bagus tuh idenya Khaira. Bagus.. bagus.. “ Aira dan Shafina menyetujui.
“Kalau ini baru beres” kata Aira tersenyum.
***
Hari, berganti hari. Siang berganti malam. Begitupun sebaliknya. pagi ini pagi yang sangat cerah. Burung-burung bernyanyi dengan indah dibalik pohon. Hari ini hari yang spesial bagi Aira. Hari yang sangat ditunggu-tunggu. Camping! Setelah mandi dan sarapan, Aira sudah siap dengan ranselnya. Ia membawa sleeping bag. Karena, daerah hutan Mataria memang sangat mengigil. Aira melangkahkan kakinya keluar rumah.
“Hati-hati! Jaga kesehatan! Jangan ketinggalan ya, sleeping bagnya!” pesan bunda. Aira hanya tersenyum. Aira pergi ke rumah Shafina. Ia kelihatan sangat senang. Sesampainya disana, Aira melihat Shafina sedang sibuk menge-cek barang-barang bawaannya.
“Shafina!” panggil Aira.
“Hai!” sapa Shafina. Mereka saling berpelukan.
“Hai! Dimana Khaira?” kata Aira melepaskan pelukan Shafina.
“Tuh dia!” Shafina menunjuk seseorang yang memakai jaket biru tebal, sambil membawa ranselnya yang penuh diisi barang. Khaira!
“Eh! Bantuin dong.. berat nih” rintih Khaira. Ia melepaskan ranselnya yang sangat berat.
“Iya deh..” kata Aira sambil membawakan tas beratnya Khaira.
“Kalian sudah siap semua?” tanya Shafina.
“Ok!” Khaira dan Aira mengacungkan jempol.
“Kalau begitu, sekarang kita tinggal cari angkot 45 yang mengarah ke daerah hutan Mataria! Ayo kita ke pertigaan sebelah sana!” kata Aira menunjuk ke arah pertigaan yang dimaksud.
“Kenapa harus ke pertigaan? Disini juga banyak angkot 45 yang mengarah ke daerah hutan Mataria” kata Khaira.
“Karena, angkot 45 memang mangkalnya di pertigaan.. ya udah! Yuk!” kata Shafina melangkahkan kakinya kearah pertigaan. Khaira hanya mangut-mangut sendiri. Ternyata, angkot di pertigaan itu masih sepi. Tapi, akhirnya mereka bertiga menemukan angkot yang mereka inginkan.
“Bang! Hutan Mataria ya!” kata Shafina. Mereka bertiga serempak memberikan uang ongkos angkot kepada abang sopir.
“Sip neng!” kata abang itu. Angkot yang mereka naiki itu pun berjalan. Terdengar suara rem yang sudah karatan. “Ngiitt!! Ngiiitt!!”

***
“Udah sampe neng” kata abang sopir dengan gaya khasnya.
“Cepet banget” kata Aira.
“Jangan salah ya! Angkot itu, transportasi paling bbaagguuss sedunia! Nih ye, orang bule aja ngaku di internat, angkot itu transportasi paling bagus! Paling gaye, paling moderen!” kata abang itu.
“Internet bang!” kata Shafina.
“Salah sedikit ya nggak papa lah..” kata abang itu. Akhirnya mereka turun dari angkot itu. Maka, sampailah mereka ditempat yang sudah ditunggu-tunggu. Hutan Mataria!
“Yee!” mereka bersorak kegirangan.
“Sudah yuk! Langsung masuk aja!” ajak Khaira. Mereka semua, Aira Shafina dan Khaira memasuki kawasan hutan Mataria yang luas.
“Kita kemana nih?” tanya Shafina.
“Aku juga nggak tahu..” kata Aira bingung.
“HEI! Aku menemukan papan petunjuk hutan Mataria!” kata Khaira. Shafina tersenyum.
“Sepertinya, kita harus ke tempat perkemahan. Disana memang tempatnya orang camping” kata Aira sambil melihat papan petunjuk hutan Mataria.
“Baiklah.” Kata Shafina sambil memakan coklatnya. Tiba-tiba, muncul sebuah bayangan. Bayangan berwarna hitam gelap.
“Hantu!” kata Khaira ketakutan sambil menunjuk bayangan itu. Mereka segera lari. Tapi, dihentikan oleh suara seseorang.
“Tidak ada apa-apa nak!” mereka bertiga membalikkan diri. Dilihatnya seorang lelaki kekar. Memakai kemeja biru dan celana jeans se-mata kaki.
“Mmmhh eh… eh… pa..k.. maa… f.. bapa..k.. sia..pa.. ya..??” tanya Aira geregetan.
“Ah! Sudahlah.. bapak bukan siapa-siapa.. bapak adalah pemilik hutan Mataria. Bapak sedang mengontrol keadaan di hutan ini. Kalian siapa ya? Lalu, apa maksud kalian kesini?” tanya bapak itu.
“Kami ingin ke tempat perkemahan. Kami bertiga ingin camping” kata Khaira memberanikan diri.
“Mau saya antarkan?” tawar bapak itu.
“Mmhh terimakasih pak” kata Shafina. Bapak berbadan kekar itu pun meninggalkankan mereka bertiga yang sebenarnya masih ketakutan.
“Huuuff! Dikirain hantu beneran. Hutan Mataria emang serem ya!” kata Aira menarik nafas.
“Hus! Ayo! Kita lanjutkan perjalanan ke tempat perkemahannya!” kata Shafina. Mereka serempak berjalan menuju tempat perkemahan.
Sesampainnya di tempat perkemahan, mereka langsung disambut dengan indahnya pemandangan yang ada disana. Rumput-rumput hijau tumbuh disana-sini.. dengan bunganya yang berwarna warni. Gunung-gunung yang tinggi ikut melengkapi keindahannya. Ditambah angin yang sejuk. Hhmm.. segar!
“Wah.. tempat perkemahan ini sangat menyenagkan!” Aira melihat ke sekelilingnya. Disana, hanya ada mereka bertiga. Tempat perkemahan itu sangat sepi. Tapi sangat menyenangkan!
“Sebaiknya kita pasang tenda dulu saja di bawah pohon ceri ini!” usul Shafina.
“Lalu tarulah barang-barang kalian! Kita akan mandi di sungai!” lanjut Shafina.
“Hore!” teriak Khaira dan Aira. Mereka melakukan apa yang dikatakan Shafina. Hari itu memang hari yang menyenangkan. Selanjutnya, mereka pergi ke sungai Niagara-gara. Konon, dulunya sungai Niagara-gara ini selalu di penuhi coklat yang sangat manis. Lalu, seorang anak kecil bernama Nia membersihkan coklat itu. Jadi, dinamakan Niagara-gara. Sungai itu cukup besar. Airnya juga sejuk. Pantas saja! Air di sungai ini wanginya seperti coklat. Tapi, ketika kita meminum airnya, rasanya sangat pahit! Mereka mandi ditempat yang agak tertutup. Selesai mandi, badan Aira, Shafina dan Khaira menjadi segar. Mereka siap untuk camping lagi.
“Segarnya!” kata Khaira sambil memegang handuknya yang hampir terjatuh.
“Iya nih!” kata Shafina sambil mengeringkan rambutnya.
“Waktu sudah mulai malam! Sebaiknya, kita langsung saja ke tenda lagi! Hari ini juga sepertinya mendung!” kata Aira memperingatkan. Mereka berlomba lari ke tenda. Dan yang menang adalah Khaira. Titik-titik air pun mulai turun. Hujan yang lebat membasahi tenda mereka semua. Mereka segera berlindung di dalam tenda Shafina.
“Basah!” kata Aira sambil duduk disebelah Khaira.
“Sepertinya hujannya sangat deras” kata Khaira. Tapi, tak lama, titik-titik hujan itupun berhenti. Cuaca sekarang cerah lagi. Mereka segera keluar. Angin bertiup kencang. Angin itu sangat dingin. Mereka mengigil.
“Sebaiknya kita buat api unggun” kata Shafina.
“Kita sampai lupa! Api unggun!” kata Khaira terkejut kaget. Mereka serempak mencari kayu untuk membuat api unggun.
“Ah! Sepertinya, kayu ini sudah banyak!” kata Aira yang mulai kelelahan.
“Sekarang, kita tinggal menyalakan api” kata Khaira. Shafina mengeluarkan korek api yang dibawanya. Api pun berkobar-kobar dimana-mana. Perlahan-lahan, mereka memberi kayu ke api tersebut supaya apinya tidak padam.
“Shafina! Kau sedang apa?” tanya Aira.
“Merebus air untuk memasak mie. Kalian tidak lapar?” tanya Shafina yang masih sibuk dengan airnya.
“Ya! Kami lapar!” kata Khaira.
“Huh! Soal makanan, kalian langsung lapar! Ayo! Bantu aku masak dulu!” kata Shafina yang kelihatannya kerepotan. Aira turut membantu. Sedangkan Khaira bermain gitar sambil menyanyi

lagu andalannya. Yang dinyanyikan oleh band F.R.I.E.N.D.S.. Friends itu singkatan dari nama personil mereka lo..
F= Fresica
R= Riana
I= Isa
E= Elisa
N= Nebby
D= Dressika
S= Salma
“Teman.. dengarkan aku.. aku sayang kamu.. kamu sayang aku.. I love you.. YAY! FRIENDS! Lalala.. lalala.. YAY! FRIENDS!” Khaira menyanyikan lagu pertama band F.R.I.E.N.D.S.. Yang berjudul: “I LOVE YOU” dalam album pertamanya: “Kita saling bersama”. Malam itu sangat menyenangkan. Sangat, sangat menyenangkan. Tak terasa, makanan pun siap. Mereka makan dengan lahap. Karena memang mereka semua sudah keroncongan. Tapi, tiba-tiba Shafina mendengar sesuatu. Ssshhhh bla, bla, duar! Duar! Duar! Boooomm! Ya.. begitulah..
“Hei! Aku mendengar sesuatu!” seru Shafina.
“Apa itu?” tanya Khaira.
“Suara kembang api diikuti pembicaraan seseorang!” kata Shafina.
“Lalu?”
“Aku mau mencari dari mana asal suara itu” jelas Shafina.
“Baiklah. Tapi, jangan lama-lama ya!” pesan Aira. Shafina pun berdiri. Setelah selesai makan, mereka membereskan alat-alat masak yang sudah dipakai. Lalu, kembali bersenang dengan gitar yang dibawa Khaira. Khaira menyanyikan lagu yang berjudul ‘pelangi ku’ yang diciptakan kakaknya.
“Titik.. titik-titik hujan.. masih membasahi, jumpa aku pergi bersamamu.. titik, titik hujan, masih membasahi, kala aku pergi bersamamu.. bisikkan kisah yang lucu, nyanyikan lagu merdumu.. merah, kuning, hijau dan biru.. sentuhkan warnamu dalam gaunku… kini ku menari, jumpa kau disini.. ku ingin pelangi ku datang lagi..” Khaira menyanyi dengan penuh penghayatan. Aira terlihat kagum. Tapi, tanpa disadari, 10 menit berlalu. Dan Shafina pun belum kembali.
“Wah! Sudah 10 menit berlalu! Tapi, Shafina belum kembali. Bagaimana ini?” tanya Aira yang sadar bahwa Shafina belum kembali dari tempat perkemahan. Aira melirik jam tangannya yang selalu sedia terlilit di tangannya.
“Apa? Shafina belum datang? Bagaimana ini? Apa kita cari disekeliling tempat ini?” kata Khaira berteriak histeris.
“Tidak.. ini waktu yang tidak aman. Sekarang sudah malam. Lebih baik, kita tunggu 2 menit lagi. Kalau Shafina belum datang juga, kita tidur dulu. Lalu, esoknya kita cari Shafina.” Kata Aira. Mereka menunggu. Karena bosan menunggu akhirnya mereka melanjutkan menyanyi kembali. Tapi, ternyata 2 menit kemudian, Shafina belum datang juga.
“Wah! Gawat! Sudah 2 menit. Tapi Shafina belum datang juga” kata Aira.
“Apa dia pergi ke sungai dulu untuk buang air kecil?” kata Khaira.
“Tapi, bukankah sungai itu tak jauh dari sini?” tanya Aira.
“Atau.. dia terseret arus sungai?” kata Khaira. Aira merinding.
“Ngaco kamu!” kata Aira.
“Tapi bisa jadi lo..” kata Khaira menakut-nakuti.
“Udah ah.. sekarang kita kedalam tenda mesing-masing aja. Udah malem waktunya tidur. Lagian aku juga udah ngantuk” kata Aira. Mereka pun langsung meloncat ke dalam tenda. Hhhhooooaaamm!! Ah.. ngantuk nih. Aira sama Khaira mau tidur. Hitung bareng-bareng yuk. 1.. 2.. 3..4… 5.. 6..7…8…9..10.. zzzzz…zzzz..zzzz…. Good Night!
***
Malam pun berganti. Hari ini, pagi yang indah menyelimuti mereka. Rasa takut kehilangan Shafina masih menyelimuti mereka. Mereka masih berada di tenda masing-masing. Masih pulas tidur rupanya! Tapi, tiba-tiba Aira dikejutkan oleh teriakan Khaira yang keras.
“Shafina!!!!!!!!!!!!!!!!” Aira segera keluar dari tendanya. Terlihat tampak pintu tenda Khaira terbuka. Dia tampak pucat. Tampak ketakutan.
“Ada apa?” tanya Aira.
“E..e..h..h.. ee..ee..” Khaira tampak ragu.
“Ada apa? Ayo ceritakan.. jangan ragu” kata Aira menenangkan Khaira.
“Tadi, ketika aku tidur, aku mendengar suara seseorang” kata Khaira.
“Lalu?” tanya Aira yang masih bengong.
“Aku mendengarnya dari balik tenda. Aku mendengar seseorang berbicara tentang,, anak yang tinggi, memakai baju hijau, celana training. Dan… rambut yang dikepang dua..!” kata Khaira. “Dan itu persis sekali… ciri-ciri itu.. adalah… SHAFINA!” Aira tampak tak percaya. Lalu Khaira berkata lagi.
“Karena aku penasaran, aku akhirnya keluar. Ternyata orang itu sedang berbicara di bawah pohon yang dekat tendaku. Aku meliriknya, tapi orang itu tak melihat.. lalu orang itu langsung pergi. Aku kembali lagi ke tenda. O ya.. orang itu berjumlah 3 orang” katanya.
“Ciri-ciri orang itu bagaimana?” tanya Aira.
Bersambung….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar