Selasa, 15 Maret 2011

“Camping! (Part 2)”

“Ciri-cirinya… orang yang pertama, badannya kekar, memakai kemeja biru, dan jeans se-mata kaki” terang Khaira. “Kalau orang yang ke dua dan ke tiga, juga sama-sama kekar. Hanya saja, ke dua orang itu botak, dan memakai baju hitam”
“Oh tidak..” Aira kelihatan muram.
“Kenapa?” Khaira memandang Aira.
“Aku tahu, sekarang, siapa yang menculik Shafina dan orang nomor satu itu” Balas Aira. Badannya gemetaran.
“Siapa?” tanya Khaira tak sabar.
“Dia adalah bapak yang menyeramkan yang kita temui saat melihat papan jalan” kata Aira. “Dia bilang, dia pemilik hutan ini. Dia juga bilang, dia sedang mengontrol hutan ini”
“Lalu, apa hubungannya dengan Shafina?”
“Dia pura-pura bilang kalau dia adalah pemilik hutan mataria! Dan dia juga bilang kalau dia sedang mengontrol hutan ini! Padahal, sebetulnya dia sedang melihat kondisi di hutan ini. Kalau misalnya ramai, pasti dia tidak akan menculik Shafina. Tapi, keadaan hutan ini sepi. Jadi, dia bersama kawan-kawannya melakukan aksinya.” Kata Aira “Mungkin, ketika Shafina bilang dia mendengar sesuatu, dia melihat orang itu sedang mengobrol. Dan, Shafina pun ketahuan. Para komplotan itu merasa Shafina adalah mata-mata. Jadi, Shafina diculik, supaya tidak ada yang bisa membeberkan rahasia mereka bertiga” Khaira hanya mengangguk. Lalu, tak lama terdengar suara minta tolong.

“Tolong!!! Aira! Khaira! Tolong aku!”
“Itu pasti suara Shafina lagi” kata Khaira.
“Ayo, kita cari darimana asal suara itu” kata Aira. Mereka berdua pun menyelidiki darimana asal suara minta tolong itu. Rupanya..
“Asal suara itu berasal dari hutan pohon bambu!” kata Khaira.
“Tapi kenapa Shafina bisa sampai disini? Hutan pohon bambu kan agak jauh dari tempat perkemahan?” tanya Aira.
“Entahlah” kata Khaira. Mereka pun bergegas ke hutan pohon bambu. Konon, tempat itu hanyalah hutan biasa. Pohon-pohon liar tumbuh disana. Nah, lalu, seorang kakek tua menebang pohon itu. Tapi, pohon yang ditebangnya selalu menjadi pohon bambu. Akhirnya, dinamakan hutan pohon bambu.. Akhirnya mereka sampai di hutan pohon bambu. Kembali terdengar suara teriakan.

Teriakan itu berasal dari dalam sebuah rumah yang sangat kecil.
“Tolong! Tolong! Aira! Khaira!”
Mereka memasuki rumah itu, dan.. SHAFINA?!
“Shafina!” teriak Khaira. Aira memandangi Shafina.
“Aira!” teriak Shafina. Rupanya Shafina diikat oleh tali. Mereka bersama-sama memotong tali yang mengkikat Shafina. Shafina pun bebas.

“Duh… aku mencari mu kemana-mana! Kau tak apa?” tanya Khaira. Shafina menggeleng.
“Bagaimana kau bisa sampai disini?” tanya Aira.
“Kemarin malam, aku bilang pada kalian bahwa aku mendengar sesuatu. Lalu, aku melihat 3 orang lelaki. Ternyata suara itu berasal dari mereka yang sedang berbicara. Dan tiba-tiba, ketika esok harinya aku langsung berada disini, dengan tali jelek yang mengikatku tadi!” terang Shafina.
“Kau diculik, Shafina!” kata Khaira.
“Oh ya, ngomong-ngomong, ciri-ciri 3 orang lelaki itu bagaimana?” tanya Aira.
“Orang pertama, badannya kekar, memakai kemeja biru, dan jeans se-mata kaki” kata Shafina. “Kalau orang kedua dan ketiga sama-sama kekar. Hanya saja kedua orang itu botak, dan memakai baju hitam”
“Hei! Itu kan orang yang dilihat Khaira saat di perkemahan tadi!” kata Aira.
“Memangnya kenapa?” tanya Shafina.
“Khaira juga melihat orang itu tadi. Katanya, dia sedang membicarakan kamu!” kata Aira kepada Shafina. Tapi, tiba-tiba ada 3 orang lelaki memasuki rumah kecil. Orang pertama, badannya kekar, memakai kemeja biru dan jeans se-mata kaki. Orang kedua dan ketiga juga sama-sama kekar. Hanya saja kedua orang itu botak dan memakai baju hitam.
“Oh tidak.. apakah itu orang yang kaulihat tadi?” bisik Aira kepada Khaira.
“Ya” kata Khaira.
“LARI!!!!!” kata Shafina ketakutan. Mereka baru saja ingin lari, tapi langsung dihalangi oleh dua orang yang botak.
“Tidak bisa nak” kata mereka berdua.
“Siapa kalian berdua?” tanya orang pertama kepada Aira dan Khaira.
“Mereka berdua temanku om… “ kata Shafina ketakutan.
“Mau apa kalian disini? Hah?! Jawab! Kalian tidak akan bisa keluar dari sini!” kata orang pertama.
“Kami ingin menyelamatkan teman kami! Dan kami pasti bisa keluar! HIAT!!” Aira mendorong ketiga lelaki itu. Mereka pun terjatuh.
“Rasakan ini juga ya! Hiat!!” Khaira mengikat mereka bertiga dengan tali. Akhirnya mereka berdua menyerah. Mereka pun keluar dari rumah kecil itu.
“Terimakasih teman-teman. Kalian baik sekali ingin menolongku” kata Shafina berterimakasih.
“Terimakasih kembali” kata Aira dan Khaira. Mereka pun melaporkan kejadian tadi kepada polisi. Pak polisi sangat berterimakasih kepada mereka, karena ketiga orang tadi adalah komplotan yang sedang dicari polisi.
“Terimakasih anak-anak. Kalian memang anak yang hebat!” kata pak polisi. Muka mereka pun berubah menjadi merah karena malu. Dan itulah camping yang paling menyenangkan yang pernah mereka alami..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar