Selasa, 10 Mei 2011

“Terjebak di Pantai!”


Frea senang sekali. Hari ini, ayah, ibu dan adiknya, Freli akan pergi kepantai.
“Frea! Freli! Cepatlah sedikit!” kata ayah dari luar. Frea dan Freli segera keluar dari kamarnya.
“Ada apa sih yah?” tanya Freli.
“Bukankah hari ini kita akan pergi ke pantai?” tanya ayah.
“Oh iya! Frea dan Freli lupa! Kita siap-siap dulu ya yah!” kata Frea dan Freli.
10 menit kemudian…
“Kita sudah siap!” kata Frea dan Freli sambil memegang tas besar. Yang berisi perlengkapan renang dan lain-lain.
“Ibu mana?” tanya ayah. Tapi tiba-tiba datang seseorang.
“Ibu disini!” kata ibu. Akhirnya mereka segera naik ke mobil.
“Ayo cepat! Jangan sampai kita terkena macet!” kata ayah panik. Tapi tak lama…
“YAH! Macet!” kata Frea.
“Bagaimana ini?” tanya ibu.
“Ya kita tunggu saja.” Kata ayah. Selama menunggu, Frea hanya mendengarkan lagu Poker Face-nya Lady gaga. Sementara Freli memilih membaca buku yang berjudul “Lets go cooking!”.
15 menit…
Frea sudah bosan mendengar lagu Poker Face. Dan Freli sudah 7 kali membaca buku “Lets go cooking” selama berulang-ulang.
“Ayah! Kami berdua bosan!” kata Freli. Tapi tiba-tiba,
Ngiingg….
Suara mobil kembali terdengar. Mobil sudah berjalan kembali.
“HORE!” mereka pun melanjutkan perjalanan ke pantai.
Di pantai…
“Ayah! Ibu! Itu pantainya!” tunjuk Frea. Mereka sekeluarga memilih tempat yang nyaman. Tepatnya dibawah pohon kelapa.
“Bu! Frea dan Freli main ya!” kata Freli.
“Ya! Tapi, jangan lewati garis yang ada disana! Itu adalah batas pantai. Jika kalian melebihi batas pantai, kalian tidak bisa kembali ke pantai lagi!” kata ibunya, sambil menunjuk sebuah garis warna merah. Mereka mengagguk.
“Freli, sekarang apa yang akan kita lakukan?” tanya Frea kepada Freli.
“Main pasir?” tanya Freli tak yakin.
“Tidak.. nanti saja!” kata Frea menggeleng.
“Berenang!” usul Freli.
“NO!” kata Frea.
“Bagaimana kalau… bermain voli!” kata Freli. Seketika itu juga, datang seorang anak laki-laki.
“Hai! Aku peter! Bagaimana kalau kalian bergabung dengan kelompok voliku?” tanya anak yang bernama Peter.
“Baiklah Peter!” kata Frea. Akhirnya Peter membawa mereka ke sebuah tempat. Disana, tepatnya 3 orang lainnya sedang menunggu.
“Hai Peter! Bagaimana pengecut!? Kau sudah siap untuk bertanding voli denganku?” tanya salah satu orang. Ternyata orang itu adalah musuh Peter.
“Ayo kita mulai!” kata Peter. Akhirnya mereka mulai bermain voli.
Akhirnya…
“Yah! Kita menang!” Freli.
“Ya! Ayo kita rayakan dengan makan es krim!” kata Frea. Akhirnya, Peter, Frea dan Freli membeli es krim di Ice Cream world. Salah satu kedai es krim yang tak jauh dari tempat mereka bermain. 1 es krim di Ice cream world berharga 3 cikcle (mata uang di kota mereka).
“Semuanya menjadi 6 cikcle” kata petugas kasir. Freli membayar es krim itu dengan 15 cikcle dan petugas kasir pun segera memberi kembaliannnya (oh iya, disana, 3 cikcle sama dengan 5 ribu rupiah. Kalau 1 cikcle berapa ya?).
“Tadi seru ya main volinya..” kata Peter. Frea dan Freli mengangguk. Mereka pun berjalan-jalan. Tapi…
“Kau lihat garis itu?” tanya Peter sambil menunjuk sebuah garis.
“Garis yang mana?” tanya Freli.
“Gari yang mana Peter?” tanya Frea ikut-ikuttan.
“Garis warna merah itu!” kata Peter. Rupanya, garis itu adalah garis yang tadi ditunjukkan oleh ibunya Frea.
“Memang kenapa dengan garis itu?” tanya Frea.
“Aku penasaran.. jika kita melewati garis itu, apa yang akan terjadi ya?” tanya Peter penuh nada penasaran.
“Hah? Garis merah itu,?” tanya Freli. Peter mengangguk.
“Kata ibuku, kalau kita melewati garis itu, kita tak akan kembali lagi ke pantai ini, Peter!” kata Freli.
“Ah? Masa sih? Aku penasaran! Ayo!” kata Peter. Dia menarik tangan Frea dan Freli, Dan langsung saja, Peter berjalan melewati garis itu.
“Peter! Jangan melewati garis itu!!” teriak Frea.
“Sudahlah! Biarkan saja orang tuamu! Aku masih ingat kok, jalan menuju pantai!” kata Peter yang masih terus berjalan.
“Tapi, Peter!!!” kata Freli marah.
“Apa lagi Freli??” tanya Peter.
“Sudah cukup! Aku tak mau lagi main denganmu!” kata Freli. Menurutnya, Peter sudah keterlaluan. Dia sudah terus berjalan melebih garis. Lama-lama, tempat itu menjadi sunyi. Dan tanpa sadar, Frea, Freli dan Peter memasuki hutan. Tapi.. seketika itu juga, Freli dan Peter menghilang. Frea sangat takut. Akhirnya dia berteriak.
“ibu!!!!!!!!!!” teriak Frea.
“Apa sayang,?” tanya seseorang. Rupanya, itu ibu! Frea membuka matanya.
“Tenang sayang! Ini ibu. Tadi kau bermimpi.” Kata ibu. Rupanya itu hanya mimpi Frea.
“Ibu, kita dimana sih?” tanya Frea.
“Loohh.. bukannnya kita ingn pergi kepantai? Kita sedang dalam perjalanan.” Kata ibu. Mendengar itu, Frea langsung takut.
“Tidak! Jangan ke pantai! Aku takut terjebak di pantai! Tidak!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriak Frea.

Senin, 09 Mei 2011

“Mencari Permata!”

Part: 2 (Magic Cristal)

Maka, akhirnya Corry beserta Deasy mendaki gunung Evello. Tapi, belum sampai puncaknya, tiba-tiba muncul seekor binatang aneh berwarna hijau lendir. Ya, karena warna seperti lendir.
“Siapa kau?!” tanyanya seram.
“Aku Corry, putri prince Andrew dan princess Leony!” kata Corry. “Dan ini Deasy. Temanku yang ajaib! Kami sedang mencari salah satu permata untuk menemukan saudaraku!” Deasy hanya nyengir.
“Kau?! Mencari permata! Itu bodoh! Aku, disini diperintahkan oleh Antonius untuk menjaga ke-4 permata itu!” kata binatang aneh itu. Tapi seketika itu, Corry kaget. Antonius?
“Monster hula-hula!!” teriak Corry.
“Ya benar! Ada apa?? Mau melawanku??” tantang monster menjijikan itu. Corry mengangguk.
“Kau sudah gila!? Kau melawan monster aneh itu!” kata Deasy. Corry hanya terdiam. Monster hula-hula bersiap untuk mengepalkan tinjunya. Dan.. BUGH!
“Auuwww!” Corry meringis. Dia terkena tinju si monster.
“Saatnya kau menggunakan pedang itu Corry!” teriak Deasy menghindar.
“Tapi aku tak bisa memakainnya!” teriak Corry.
“SUDAH! Lakukan saja yang kau bisa!” akhirnya Corry mengeluarkan pedang ajaib yang tadi diberikan Deasy (Masih ingat kan??). Dan Corry pun memotong-motong monster hula-hula itu dengan pedangnya.
“Bagus Corry!” kata Deasy. Mereka melanjutkan perjalanan menuju puncak gunung Evello.
Sesampainnya di puncak gunung…
“Hei! Aku menemukan sesuatu yang bercahaya!” kata Corry. Dia menunjukannnya kepada Deasy.
“Hei! Itu dia permatanya! Magic cristal! Kau berhasil!” kata Deasy.
“Yeah!” lalu mereka menemukan sebuah kertas.
“Petunjuk!” kata Corry. Mereka membacanya. Tulisannya sebagai berikut:
“$elamat! Anda $udah mendapatkan permata yang pertama! Magic cri$tal. Untuk mencari permata $elanjutnya, anda haru$ pergi ke rumah tua yang berada di: $teery $treet, no 19 $elamat mencari!”
“Kok ada lambang dolarnya sih?” tanya Corry.
“Monster hula-hula memang kalau menulis huruf “S” jadi “$” kata Deasy. “Jadi sekarang, ayo! Kita pergi ke rumah tua!”
“Tidak!” kata Corry.
“Kenapa?” tanya Deasy.
“Steery street ada di kampung sebelah! Tepatnya di Berry Vilage! Itu sangat jauh Deasy!” kata Corry.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Apakah Corry dan Deasy bisa pergi ke Berry Vilage? Apakah mereka dapat menemukan Steery street? Apakah mereka akan menemukan permata selanjutnya? Tetap baca cerita ini ya!
Bersambung….

Minggu, 01 Mei 2011

“Gigiku Hilang Seribu!”


“Tadi seru ya, mainnya!” kata Herby. Semuanya mengangguk. Siang itu, mereka sehabis bermain lompat kodok. Permainan itu sangat menyenangkan. Walau kadang orang-orang menganggapnya gila, karena harus melompat seperti kodok dan berpose seperti orang aneh.
“Aku paling senang ketika melihat Messy berpose seperti orang aneh.! Kocak abis!” kata Joanna. Messy hanya tertawa.
“Kalau aku, ketika Herby lari-lari sempoyongan tak jelas! Gayanya seperti orang aneh!” kata Messy. Tapi, tiba-tiba datang Agustin.
“Hei, kalian melihat uang 1.000 ku?” tanya Agustin. Tapi, karena Agustin sedang makan permen, jadi suaranya tidak jelas.
“Apa? Gigimu hilang 1.000?” tanya Herby.
“Bukan!!! Uangku, hilang 1.000!” kata Agustin. Suaranya kembali tak jelas.
“Ooohhh.. kalau uang 1.000, mungkin aku bisa mencarinya, tapi kalau gigimu yang hilang 1.000, thanks deh! Gigimu kan kecil-kecil! Mana susah nyarinya!” kata Messy.
“Iiiihhh!!! Uang aku tuh hilang 1.000nya!” kata Agustin. Kali Iini dengan suara yang tak jelas lagi.
“Gigimu hilang 1.000? adduuuhh! Agustin, sudah kubilang kita tak sanggup mencari gigimu! Sudah-sudah! Ayo kita pergi!” Messy, Herby dan Joanna pun pergi. Agustin hanya jengkel.
“Dasar!!!!!!!!!!” kata Agustin.