Sabtu, 30 April 2011

“Mencari Permata!”


Disebuah kerajaan, tinggalah seorang prince dan princess. Nama prince itu, adalah Andrew. Dan princessnya, bernama Leony. Rakyatnya biasa menyebut price Andrew dan princess Leony. Kedua pasangan raja dan ratu tersebut, mempunyai dua anak. Namanya Corry dan Sheva. Mereka sangat cantik.
***
“Sheva! Sheva!” panggil Corry.
“Ada apa? Jangan terburu-buru!” kata Sheva.
“Kita main yuk!” ajak Corry.
“Hah! Hanya itu saja, kau sampai teriak-teriak! Baiklah, kita ajak teman yang lain!” kata Sheva. Corry dan Sheva pergi ke taman jamur, yang tak jauh dari rumahnya. Disana, Corry dan Sheva bertemu dengan teman-temannya. Ally, Maya dan Hellen.
“Corry! Sheva!” panggil Hellen.
“Hai teman-teman! Sedang bermain apa?” sapa Corry.
“Aku juga bingung!” kata Ally.
“Main petak umpet saja” usul Maya. Mereka semua menyetujui.
“Sekarang kita pilih dulu, siapa yang mencarinya” kata Sheva. Seketika itu, semanya langsung menunjuk Ally.
“Aku?? Baiklah!” kata Ally. Tapi Corry tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh. BRUKK! Sheva jatuh ke tanah.
“Sheva!” Corry sangat cemas. Dia berusaha membangunkan saudaranya itu. Tapi tak berhasil. Akhirnya Corry memanggil teman-temannya.
“Ally! Helen! Maya!” panggil Corry. Tapi tidak ada yang menjawab. Corry bertambah cemas. Tapi, tiba-tiba muncullah seorang peri.
“Hai” kata peri itu.
“Siapa kamu?? Sekarang aku sedang bingung sementara kau menganggu ku! Ada apa? Sekarang saudara ku sedang pingsan!!” kata Corry kesal kepada peri itu.
“Tenanglah! Sekarang dimana saudaramu?” tanya peri itu lagi. Corry menuding.
“Disebelah sana” kata Corry.
“Mana??” tanya peri itu. Corry membuka matanya lebar-lebar. Tapi, tahu-tahu Sheva sudah menghilang!
“Sheva??!” Corry terkejut. Peri itu ikut kaget.
“Sepertinya saudaramu diculik oleh monster hula-hula” kata si peri.
“Siapa monster hula-hula??” tanya Corry.
“Dia monster yang sangat jahat. Dia bisa mencuri sesuka hatinya, tanpa seorang pun tahu” kata peri.
“Tapi ini aneh! Saat Sheva pingsan, aku panggil kawan-kawanku, mereka semua tidakmenjawab!” kata Corry. Dia mulai menangis.
“Mungkin mereka juga korban monster hula-hula. Tapi, aku bisa mebantumu untuk menemukan kawan-kawanmu dan juga Sheva, saudaramu” kata peri itu.
“Bagaimana caranya? Aku hanya anak kecil!” kata Corry menyerah.
“Jangan pasang tampang begitu di depanku! Gampang saja! Kau harus mencari 4 permata ajaib di 4 titik tempat yang berbeda. Kalau sudah, kau harus mengalahkan raja Antonius, raja para monster hula-hula. Setelah itu kau akan mendapatkan yang kau mau” kata peri.
“Baiklah, demi Sheva dan kawan-kawanku, aku akan mencari 4 permata!” kata Corry.
“Oh yah, ngomong-ngomong nama mu siapa?” tanya Corry.
“Aku?? Aku Deasy” kata peri yang rupanya bernama Deasy itu.
“Deasy, untuk mencari 4 permata itu, pertama-tama aku harus pergi kemana?” tanya Corry.
“Oh ya! Aku sampai lupa! Kau harus membawa pedang ajaib dulu sebelum mencari ke-4 permata tersebut!” kata Deasy. Dia menyerahkan sebuah pedang. “Pertama-tama, kau harus pergi ke puncak gunung Evello”
“Hah?! Puncak gunung Evello?? Bukankah itu gunung tertinggi di kerajaan ini??” tanya Corry.
“Tapi, demi kawan-kawanmu, kau harus melakukan itu” kata Deasy.

Bagaimana kelanjutan kisahnya, tunggu dengan Sabar!!
Bersambung…

Senin, 25 April 2011

“Pertama dan Terakhir”


“Anak-anak! Kali ini kita kedatangan anak baru! Namanya Adella” kata pak guru memperkenalkan seorang murid baru.
“Namaku Della Nika Amanda Putri. Biasa dipanggil Adella. Kalau mau singkatnya panggil saja Della. Aku tinggal di jalan mawar merah no. 76” kata Adella.
“Baik Adella. Silahkan duduk disamping Nanda” kata pak guru. seketika itu juga Shinta kaget. Anak baru itu bersebelahan dengan sahabatnya?! Shinta sangat marah. Ya, Shinta memiliki sahabat yang bernama Nanda. Walaupun di kelasnya Shinta tidak sebangku dengan Nanda, mereka sangat akrab. Shinta merasa bahwa Adella ingin merebut sahabatnya. Dipandangannya wajah Adella. Shinta makin kesal. Rasanya Shinta ingin memotong-motong Adella seperti kertas yang dipotong gunting. Akhirnya pelajaran pertama dimulai. Olahraga. Pelajaran yang paling disukai anak-anak. Tapi, kali ini Shinta rasanya sangat malas sekali. Ia sangat kesal. Sebelumnya dia merobek kertas dan menulis dalam kertas itu.
“Istirahat nanti, pergi ke depan kantin. Jangan lupa ajak teman barumu yang paling setia itu! Adella!” tulis Shinta. Diberikannya kertas itu kepada Ninda. Ninda pun membacanya. Shinta cepat-cepat pergi ke ruang olahraga.
***
Waktu istirahat tiba. Shinta menunggu di depan kantin seperti janjinya. Nanda dan Adella pun datang. Mereka berpegangan erat.
“Ada apa?” tanya Nanda cepat.
“Hanya heran saja, melihat kalian akrab sekali” kata Shinta berkacak pinggang.
“Oh, pasti ini hanya salah sangka saja Shinta” kata Nanda.
“Sudah cukup! Salah sangka bagaimana? Kau, pergi menjauhiku dan pergi bersama anak bodoh ini. ada apa?” kata Shinta.
“Bukan begitu.. aku hanya berusaha..” kata Nanda. Tapi, terputus oleh Shinta.
“Berusaha agar aku pergi dari mu!? Begitu? Puas?! Sekarang cukup!!” kata Shinta marah. Air matanya berlinang. Shinta pergi begitu saja.
“Tunggu!” kata Adella pelan.
“Apa?! Sudah puaskah kau mendekati Ninda?!” kata Shinta marah.
“Bukan itu.. aku hanya ingin kalian akrab lagi. Maafkan aku Shinta. Ini semua salah ku. Aku tak pantas sekolah di sini” kata Adella. Adella memegang tangan Shinta dan Nanda. Adella pun menyatukan tangan mereka.
“Tidak! Kau yang pantas memegang Nanda!” kata Shinta. Dia pergi dan langsung melepaskan pegangan mereka. Shinta sangat sedih sekali. Semenjak pertama kali dirinya masuk sekolah, perasaan yang tidak enak selalu menyelimutinya. Dan kejadian itu pun terjadi. Shinta menangis. Dan akhirnya pun bel masuk kelas berbunyi. Pelajaran selanjutnya dimulai. Seni musik.
***
“Anak-anak! Jangan lupa! Ada pr membuat lagu. Dikumpulkan hari Senin depan!” kata pak Hendri. Guru musik mereka. “Oh ya, kalian dibagi ke dalam kelompok. Bapak membuat 7 kelompok yang masing-masing jumlahnya 5 orang.! Bapak sudah tulis semuanya di papan tulis!” tambah pak Hendri. Anak-anak melihat ke papan tulis. Ini dia daftar kelompoknya!

Anak-anak! Ada pr membuat lagu.
Dikumpulkan hari Senin depan!
Kalian dibagi ke dalam kelompok. Bapak membuat
7 kelompok yang masing-masing berjumlah 5 orang..
Jangan lupa dikumpulkan ya!!! ^,^

Nama kelompok:
Kelompok 1
Heru, Gia, dan Jihan

Kelompok 2
Gebby, Masya, dan Metta
Kelompok 3
Musya, Safri, dan Sahrul
Kelompok 4
Adella, Ninda dan Shinta
Kelompok 5
Zikri, Fathul dan Ammar
Kelompok 6
Muhammad, Safitri dan Agus
Kelompok 7
Zia, Fadel dan Rolas

Tapi diantara kelompok 4, ada yang tidak setuju dengan penentuan kelompok tersebut. Siapa lagi, kalau buka Shinta!
“ Pak! Saya nggak mau sekelompok dengan Ninda dan Adella!” protes Shinta.
“Loh? Bukannya kamu akrab dengan Ninda??” tanya pak Hendri. Shinta hanya cemberut. Adella dan Ninda hanya bengong.
“Mungkin memang saatnya kita bersama” kata Ninda apa adanya.
“Itu bodoh!” kata Shinta.
“Itu memang bodoh. Tapi inilah kenyataan. Kau harus menerima kenyataan. jadi, kita akan mengerjakan pr dimana?” tanya Adella.
“Cukup! Jangan menceramahi ku terus! Lebih baik kalian yang tentukan saja. Aku bosan!” kata Shinta. Ia marah. Kenapa dia harus sekelompok dengan Adella?! Shinta sudah mengaggap Adella adalah musuh besarnya.
“Kalau begitu, dirumahnya Ninda saja!” kata Adella. Ninda hanya diam. Mereka pun kembali ke tempat duduk masing-masing.

Pulang sekolah, mereka langsung pergi kerumah Ninda. Sepanjang perjalanan, Shinta hanya merengut. Di rumah Ninda, Shinta bertemu mamanya Ninda. Shinta hanya pura-pura tersenyum. Lalu, cemberut lagi.
“Disini saja yuk!” kata Ninda. Dia menuding tempat yang cukup luas. Mereka menaruh tas mereka. Ninda mengeluarkan sebuh kertas. Mereka mulai mengerjakan tugas tersebut. Tapi setengah menit kemudian..
Kring! Kring! Kring! Kring!
Sesuatu berbunyi. Adella merogoh kantungnya. Rupanya hp Adella yang berbunyi.
“Ya halo? Oh tidak! Jangan sekarang! Kenapa sekarang! Oh tidak!!” kata Adella kepada orang yang ada disebrang sana. Mukanya pucat. Ninda dan Shinta menjadi bingung. Adella menutup pembicaraannya di hpnya itu.
“Kenapa?” kata Shinta kepada Adella.
“10 menit lagi aku harus pergi. Supir ku akan datang ke sini.” Kata Adella sedih.
“Kenapa? Kenapa harus 10 menit lagi?” tanya Ninda.
“dengarkan” kata Adella pelan.
“APA?” tanya Shinta dan Ninda.
“Sebenarnya, di sini aku hanya sementara. Nanti aku akan pergi ke Perancis..” kata Adella.
“Kenapa? Perancis??” tanya Ninda dan Shinta. Mereka ikut sedih.
“Itu pasti salah ku ya? Aku yang selalu memusuhi mu” kata Shinta. Air matanya mengalir.
“Bukan… aku hanya..” kata Adella. Dia tak mampu mengeluarkan kata-kata lagi.
“Tak papa Della. Aku, dan Shinta mengerti perasaanmu..” kata Ninda pelan. Suasana disitu hening. Tapi tiba-tiba..
Tinnn!! Tiinnn!! Tiiinnn!!
Suara klakson mobil berbunyi.
“Itu mobilku, sudah datang” kata Adella. Adella segera pergi. Tapi, dihalangi oleh Shinta.
“Tidak. Aku hanya ingin kau disini” kata Shinta.
“Tapi aku tak bisa. Hari berlalu dengan cepat. Aku tak bisa terus disini” kata Adella.
“Adella, maafkanlah aku. Selama ini, aku menganggap kamu ingin merebut Ninda. Maafkanlah aku. Aku ingin kamu menjadi sahabat kita. Walaupun kau jauh di Prancis sana” kata Shinta. Mereka berpelukan. Ninda yang melihatnya sangat terharu. Saatnya Shinta melepas pelukannya iu. Adella pergi bersama mobilnya. Selamat jalan Adella!! Kau akan selalu ku kenang! Shinta menarik nafas haru….

Selasa, 19 April 2011

“Ada Kodoknya!!”


Namanya Amanda. Amanda sangatlah cantik. Rambutnya yang indah makin mempercantik dirinya. Anaknya baik. Tapi, kalau melakukan sesuatu inginnya buru-buru. Amanda sangat takut dengan yang namanya KODOK. Masalahnya, Amanda adalah anak yang alergi dengan kodok. Kalau bersentuhan dengan kodok, atau bertemu dengan hewan melompat ini, hhhmmmm…. Rasanya seperti dikejar 9000 singa! Awal mulanya ketika Amanda meminum secangkir teh aroma melati. Semenjak dia meminum teh itu, Amanda mulai alergi dengan kodok. Kulitnya langsung mengeluarkan bintik-bintik merah. Padahal, sebetulnya hewan kesukaan Amanda adalah kodok! Amanda sangat suka mengoleksi boneka-boneka lucu berbentuk kodok. Setelah itu, Amanda merasa takut dengan boneka kodoknya. Dan akhirnya, amanda membakar habis bonekanya hanya karena Amanda sangat takut dengan kodok. Kasihan ya!
***
Suatu pagi, Amanda kelihatan terburu-buru. Dia bolak-balik kesana-sini. Mukanya terlihat aneh. Seperti sedang mencari sesuatu.
“Maammaaaa!! Sepatuku dimana?” tanya Amanda.
“Di kamar sayaaangg!!” balas mama. Amanda segera mengambil sepatunya di tas. Ya, hari ini Amanda sedang buru-buru. Dia sudah telat untuk berangkat ke sekolah. Padahal, hari ini adalah ulangan bahasa Indonesia yang dibimbing bu Tutti. Guru tergalaknya di sekolah. Pasti, Amanda bisa kena marah! Amanda pun memakai sepatunya. Tapi, ketika di memasukkan sepatu ke kaki kanannya, muncul bintik-bintik merah di kakinya. Amanda pun bingung.
“Bintik-bintik apa ini? pasti ada yang tidak beres dalam sepatu ini!” Amanda melepaskan kembali sepatunya. Dan langsung setelah itu, Seekor kodok berlompat-lompat keluar dari sepatu Amanda!
“KKKYYYYYAAAAA!!!! KOOOODDDOOOOOKKKK!!!!” teriak Amanda histeris…

Senin, 04 April 2011

“Mesin Waktu (Part 2)”


Lanjutan dari cerita sebelumnya….


Derina menatap 3 ekor dinosaurus. Yang pertama, seekor tyrannosaurus rex yang sangat besar. Dinosaurus itu tersenyum. Yang kedua, ukurannya Medium size. Sepertinya, itu ibu Mennie. Pikir Derina. Yang satu lagi, ukurannya Small size. Hanya saja, lebih besar dari Minnie.
“Hai Minnie, siapa itu?” tanya dinosaurus yang kecil.
“Oh, hai! Ini Derina! Derina! Ini, ayah, ibu dan kakakku!” kata Minnie memperkenalkan Derina kepada keluarganya.
“Siapa dia?” tanya ayah Minnie.
“Dia seorang manusia. Dia akan kembali lagi ke rumahnya 1 jam lagi.” Kata Minnie.
“Oh.. eh.. hai semua” kata Derina malu.
“Sudahlah.. kamu tak usah takut. Kami tidak buas seperti yang ada dalam benakmu” kata ibu Minnie.
“Ayo Derina! Akan kutunjukan permainan yang biasa kumainkan bersama teman-temanku” kata Minnie menarik lengan Derina. Minnie barjalan mengarah kesebuah lapangan yang luas. Tapi, itu bukan lapangan. Hanya tanah yang luas saja.
“Mana teman-temanmu?” tanya Derina.
“Mungkin mereka sedang bersekolah!” kata Minnie. Bersekolah? Dino bersekolah?
“Kau tak sekolah?” tanya Derina.
“Aku sekolah Rina..hanya saja, waktunya berbeda” kata Minnie. Minnie menunjukkan banyak sekali permainan yang biasa ia mainkan bersama temannya.
“Nah.. kalau ini namanya Dino Ball”
“Bagaimana cara memainkannya?’” tanya Derina.
“Gampang saja. Kau harus membawa Dino Ball ini sampai garis yang itu. Jangan sampai lawan mengambil Dino Ball itu. Permainan ini dimainkan oleh dua kelompok yang masing-masing anggotanya berjumlah 10 dinosaurus” kata Mennie. Derina melihat jam tangannya.
“Oh tidak Minnie. 40 detik lagi aku harus pergi” kata Derina.
“Tidak Derina! Jangan!” kata Minnie.
“Aku juga sebenarnya masih ingin bersamamu. Tapi,,,” Derina kelihatan sedih.
“Derina! Jangan pergi! Selama ini, aku sendiri. Tidak ada yang menemaniku bermain. Kau sudah kuanggap temanku.. Please! Derina! Aku mohon!” kata Minnie.
“Oh.. Minnie. Aku tahu ini sulit. Tapi, aku harus berpisah. Aku janji, aku akan datang kembali untuk menjenguk mu!” kata Derina. Dan.. seketika itu juga…
Brak! Dooonngg!! Bruk! GLETAK! Prak!! Bung! Ouch!
Bokong Derina kembali merasakan sakit luar biasa. Derina memandang kesekeliling.
“Hei! Aku sudah kembali!” kata Derina.
“Ya, kau sudah kembali..” kata suara seseorang. Dan itu.. Stev.!
“Seru tidak?” kata Stev.
“Betul! Betul! Betul! Seru!” kata Derina. Lalu, muncullah ke empat teman Derina. Joan, Meggi, Tasya.. dan… Lilian!
“Oh teman-teman! Aku sangat merindukan kalian!” kata Derina.
“Bagaimana petualanganmu?” tanya Meggi.
“Seru!” kata Derina. Mereka pun semua tertawa.
***Date: Mohon dimaklumi bila ada kesalahan penulisan.. wahahahaha…

Minggu, 03 April 2011

“Mesin Waktu”


Derina sangat suka sekali dengan hewan. Hewan yang paling disukainya adalah seekor dinosaurus yang bernama T-rex! Meskipun sudah punah, Derina tetap saja menyukainya. Menurut Derina, T-rex sangat hebat. T-rex , atau nama lengkapnya tyrannosaurus ini adalah pemangsa yang hebat. Memiliki gigi-gigi yang tajam, membuat T-rex bisa mengigit sepuasnya. Derina selalu bermimpi, akan ada orang yang membuat mesin waktu untuk membantunya pergi ke masa lalu, dan bertemu T-rex. Meskipun mimpinya belum terwujud, Derina selalu berdoa di malam hari agar bisa pergi ke masa lalu.
***

Suatu hari, Tasya, Meggi, Lilian dan Derina diajak oleh Joan bermain ke tempat Stev. Hah? Main ke rumah anak pintar itu? Ya, Stev. Dia anak paling pintar di kelas Derina. Stev paling suka ber imajinasi. Dia paling pintar disuruh menciptakan sesuatu. Stev membuat sesuatu itu dari imajinasinya. Derina saja yang suka berkhayal dan bermajinasi tidak bisa menciptakan sesuatu. Yang ada di otaknya hanyalah bunga merlion kertas. Itu adalah origami kesukaannya. Bunga merlion hampir mirip seperti singa. Tapi tidak menyeramkan kok. (Tapi ingat.. bunga merlion hanya ada dalam cerita ini looohhh)
“Hah? Kerumah Stev?” tanya Meggi histeris.
“Iya.. beneran.. kalian mau nggak?” tanya Joan.
“Emang ada apa sih dirumahnya Stev?” tanya Tasya.
“Iya.. jadi penasaran..” kata Lilian. Derina ikut mengangguk.
“Katanya dia lagi buat eksperimen besar-besaran. Tapi, aku belum tahu Stev buat apa.” Jelas Joan.
“Pasti banyak benda penemuannya di dalam kamarnya” kata Derina.
“Iya. Aku pernah ke sana. Kamarnya berantakan banget. Penuh eksperimen. Jadi, kalian mau ikut?” tanya Joan.
“IKUT!!” kata Meggi, Tasya, Lilian dan Derina bersamaan.
“Ok!” Joan kelihatan senang.
***
Sesampainnya di rumah Stev, mereka langsung memasuki rumah Stev yang sangat besar. Mereka berlima disambut oleh pelayan-pelayan yang baik hati. Para pelayan tak henti-hentinya menawarkan makanan yang sangat enak, dan.. sangat… YUMMY! Tapi, mereka menolak karena sebuah alasan: mereka datang kesini untuk bermain dengan Stev. Bukan makan. Stev memang orang bangsawan. Stev adalah keturunan Inggris. Dia sangat kaya. Tapi, dia tak sombong. Anaknya kalem. Mau bicara kalau orang lain bertanya lebih dulu. Sebenarnya Stev juga suka berbicara. Tapi hanya beberapa kata. Derina sangat suka lelaki seperti Stev. Tapi tiba-tiba..
“Hai teman-teman” sebuah suara memanggil mereka ber lima. Mereka menengok, dan.. Stev!
“Hai…” sapa Lilian.
“Joan, kau jadi ke ruangan ku?” tanya Stev. Joan mengangguk. Mereka semua berdiri.
“Stev, sekarang kau sudah banyak bicara ya?” tanya Derina.
“Ah.. tidak.. kalau dirumah aku memang sedikit berbeda” jawab Stev santai.
“Oh ya Stev. Ngomong-ngomong kita mau kemana?” tanya Tasya.
“Kalian akan tahu nanti” kata Stev. Stev membuka sebuah pintu yang sedikit besar. Dan terlihatlah sebuah ruangan besar. Ruangan itu acak-acakan. Penuh kertas yang berisi coret-corettan.
“Ini dimana?” tanya Joan tak mau kalah.
“Ini ruangan kerjaku. Setiap mempunyai inspirasi, aku selalu mengerjakannya disini” kata Stev. Stev mengajak keliling ruangan kerjanya.
“Ini adalah penjepit kertas otomatis. Kalau ini pelangi yang terang. Setiap gelap, benda ini akan nyala” Stev menjelaskan benda-benda temuannya. Lalu, mereka sampai di ujung ruangan. Di sana terletak sebuah benda yang sangat besar. Benda itu di tutup oleh tirai yang juga sama-sama besar.
“Ini apa Stev?” Lilian menunjuk benda besar itu.
“Ini penemuanku..”
“Jadi, ini eksperimen besar-besaranmu itu?” tanya Joan. Stev mengangguk.
“Oh ya, ngomong-ngomong, eksperimen apa?” tanya Derina.
“Buka saja” kata Stev santai. Mereka berlima pun membuka tirai besar itu. Dan..
“Ini dia penemuan ku.. mesin waktu!” kata Stev. HA?! Mereka semua seperti tidak percaya. Mulut mereka semua berbentuk ‘o’.
“Mesin waktu?” tanya Meggi.
“Iya..” kata Stev. “Tapi, mesin ini belum sempurna. Masih ada data yang ingin kumasukkan ke komputer, untuk mengatur mesin ini. Mmmhh.. tapi, kalau mau dipakai silahkan”
Derina seolah tak percaya. Mesin waktu di dalam mimpinya sudah terwujud.
“Akhirnya! Tuhan mengabulkan mimpiku!” kata Derina histeris.
“Memangnya, apa mimpimu?” tanya Tasya.
“Naik mesin waktu, dan pergi ke masa lalu, untuk bertemu T-rex” kata Derina.
“Ternyata Derina suka T-rex ya?” tanya Lilian.
“Oh ya Stev. Ngomong-ngomong, bagaimana cara kerja mesin waktumu itu?” tanya Meggi.
“Mudah saja kok. Nanti kalian akan mengatur mesin waktu ini. tulislah nama tempat yang kalian akan kunjungi, beserta nama kalian. Tekan tuas, dan kalian akan sampai” kata Stev.
“Kalau mau pulang bagaimana?” tanya Tasya.
“Ooooh.. sebelumnya kalian tulis dulu, berapa lama kalian akan berada disana. Kalau sudah waktunya, kalian akan kembali lagi ke sini” Stev melanjutkan.
“ Ya udah! Sekarang aku duluan!” kata Derina tak sabar.
“Baik.. kau mau kemana?” tanya Stev .
“Ke zaman jura! Aku ingin bertemu t-rex!” kata Derina. Stev pun menulis nama Derina dan menulis “Zaman Jura”.
“Mau berapa lama disana Derina?” tanyanya lagi.
“Berapa ya? 1 jam!” kata Derina. Stev menulis pada kolom waktu. Stev menulis “1 jam”. Stev pun menekan sebuah tuas, dan CRING! Seketika itu juga, Derina menghilang.
“Hei! Derina menghilang! Kau kemanakan anak itu?” tanya Joan.
“Dia sudah pergi ke zaman jura seperti keinginannya. 1 jam lagi, dia akan kembali” kata Stev.
***
Brak! Donk!! Bruuk! Ah! Auch!
Derina terjatuh. Bokongnya merasakan sakit luar biasa.
“Dimana aku?” tanya Derina memandang kesekeliling. Dia melihat seekor dinosaurus besar, dan itu… Tyrannosaurus!
“Aku berada di zaman jura! Dan aku akan kembali 1 jam lagi!” kata Derina. Lalu, muncullah seekor dinosaurus kecil.
“Hai bung! Siapa kamu?” tanya dinosaurus itu.
“Eh? Hai.. aku Derina.. aku seorang manusia. Kamu siapa? Kok bisa bicara bahasa manusia?” tanya Derina.
“Hai Derina! Aku seekor t-rex kecil. Namaku Mennie. Ayo! Akan ku perlihatkan kau kepada keluarga ku!” kata Mennie.
“Keluarga mu tidak buas kan?” tanya Derina.
“Hahahaha.. itu lucu Derina. Dalam pikiranku, tidak ada kata buas. Keluargaku tidak mengenal kata buas” kata Mennie. Aneh! Hewan kok bisa seperti manusia ya?
“Baiklah” kata Derina. Derina pun naik ke punggung Mennie. Meskipun masih kecil, Mennie mengaku sanggup membawa manusia seperti Derina.
“Kau pergi dengan siapa?” tanya Mennie di perjalanan.
“Aku pergi sendiri. Aku akan kembali lagi ke tempat asalku 1 jam lagi” kata Derina seraya melihat jam tangannya. Mennie berjalan kearah sebuah hutan. Hutan itu tampak sangat menyeramkan.
“Kita mau kemana Minnie?” tanya Derina.
“Ayo, ikut saja!” kata Mennie. Derina melihat sekumpulan dinosaurus besr. Lebih besar dari Minnie.
“Ini keluargaku Derina” kata Minnie.
Nantikan cerita selanjutnya!
Bersambung....

“Mesin Waktu”


Derina sangat suka sekali dengan hewan. Hewan yang paling disukainya adalah seekor dinosaurus yang bernama T-rex! Meskipun sudah punah, Derina tetap saja menyukainya. Menurut Derina, T-rex sangat hebat. T-rex , atau nama lengkapnya tyrannosaurus ini adalah pemangsa yang hebat. Memiliki gigi-gigi yang tajam, membuat T-rex bisa mengigit sepuasnya. Derina selalu bermimpi, akan ada orang yang membuat mesin waktu untuk membantunya pergi ke masa lalu, dan bertemu T-rex. Meskipun mimpinya belum terwujud, Derina selalu berdoa di malam hari agar bisa pergi ke masa lalu.
***

Suatu hari, Tasya, Meggi, Lilian dan Derina diajak oleh Joan bermain ke tempat Stev. Hah? Main ke rumah anak pintar itu? Ya, Stev. Dia anak paling pintar di kelas Derina. Stev paling suka ber imajinasi. Dia paling pintar disuruh menciptakan sesuatu. Stev membuat sesuatu itu dari imajinasinya. Derina saja yang suka berkhayal dan bermajinasi tidak bisa menciptakan sesuatu. Yang ada di otaknya hanyalah bunga merlion kertas. Itu adalah origami kesukaannya. Bunga merlion hampir mirip seperti singa. Tapi tidak menyeramkan kok. (Tapi ingat.. bunga merlion hanya ada dalam cerita ini looohhh)
“Hah? Kerumah Stev?” tanya Meggi histeris.
“Iya.. beneran.. kalian mau nggak?” tanya Joan.
“Emang ada apa sih dirumahnya Stev?” tanya Tasya.
“Iya.. jadi penasaran..” kata Lilian. Derina ikut mengangguk.
“Katanya dia lagi buat eksperimen besar-besaran. Tapi, aku belum tahu Stev buat apa.” Jelas Joan.
“Pasti banyak benda penemuannya di dalam kamarnya” kata Derina.
“Iya. Aku pernah ke sana. Kamarnya berantakan banget. Penuh eksperimen. Jadi, kalian mau ikut?” tanya Joan.
“IKUT!!” kata Meggi, Tasya, Lilian dan Derina bersamaan.
“Ok!” Joan kelihatan senang.
***
Sesampainnya di rumah Stev, mereka langsung memasuki rumah Stev yang sangat besar. Mereka berlima disambut oleh pelayan-pelayan yang baik hati. Para pelayan tak henti-hentinya menawarkan makanan yang sangat enak, dan.. sangat… YUMMY! Tapi, mereka menolak karena sebuah alasan: mereka datang kesini untuk bermain dengan Stev. Bukan makan. Stev memang orang bangsawan. Stev adalah keturunan Inggris. Dia sangat kaya. Tapi, dia tak sombong. Anaknya kalem. Mau bicara kalau orang lain bertanya lebih dulu. Sebenarnya Stev juga suka berbicara. Tapi hanya beberapa kata. Derina sangat suka lelaki seperti Stev. Tapi tiba-tiba..
“Hai teman-teman” sebuah suara memanggil mereka ber lima. Mereka menengok, dan.. Stev!
“Hai…” sapa Lilian.
“Joan, kau jadi ke ruangan ku?” tanya Stev. Joan mengangguk. Mereka semua berdiri.
“Stev, sekarang kau sudah banyak bicara ya?” tanya Derina.
“Ah.. tidak.. kalau dirumah aku memang sedikit berbeda” jawab Stev santai.
“Oh ya Stev. Ngomong-ngomong kita mau kemana?” tanya Tasya.
“Kalian akan tahu nanti” kata Stev. Stev membuka sebuah pintu yang sedikit besar. Dan terlihatlah sebuah ruangan besar. Ruangan itu acak-acakan. Penuh kertas yang berisi coret-corettan.
“Ini dimana?” tanya Joan tak mau kalah.
“Ini ruangan kerjaku. Setiap mempunyai inspirasi, aku selalu mengerjakannya disini” kata Stev. Stev mengajak keliling ruangan kerjanya.
“Ini adalah penjepit kertas otomatis. Kalau ini pelangi yang terang. Setiap gelap, benda ini akan nyala” Stev menjelaskan benda-benda temuannya. Lalu, mereka sampai di ujung ruangan. Di sana terletak sebuah benda yang sangat besar. Benda itu di tutup oleh tirai yang juga sama-sama besar.
“Ini apa Stev?” Lilian menunjuk benda besar itu.
“Ini penemuanku..”
“Jadi, ini eksperimen besar-besaranmu itu?” tanya Joan. Stev mengangguk.
“Oh ya, ngomong-ngomong, eksperimen apa?” tanya Derina.
“Buka saja” kata Stev santai. Mereka berlima pun membuka tirai besar itu. Dan..
“Ini dia penemuan ku.. mesin waktu!” kata Stev. HA?! Mereka semua seperti tidak percaya. Mulut mereka semua berbentuk ‘o’.
“Mesin waktu?” tanya Meggi.
“Iya..” kata Stev. “Tapi, mesin ini belum sempurna. Masih ada data yang ingin kumasukkan ke komputer, untuk mengatur mesin ini. Mmmhh.. tapi, kalau mau dipakai silahkan”
Derina seolah tak percaya. Mesin waktu di dalam mimpinya sudah terwujud.
“Akhirnya! Tuhan mengabulkan mimpiku!” kata Derina histeris.
“Memangnya, apa mimpimu?” tanya Tasya.
“Naik mesin waktu, dan pergi ke masa lalu, untuk bertemu T-rex” kata Derina.
“Ternyata Derina suka T-rex ya?” tanya Lilian.
“Oh ya Stev. Ngomong-ngomong, bagaimana cara kerja mesin waktumu itu?” tanya Meggi.
“Mudah saja kok. Nanti kalian akan mengatur mesin waktu ini. tulislah nama tempat yang kalian akan kunjungi, beserta nama kalian. Tekan tuas, dan kalian akan sampai” kata Stev.
“Kalau mau pulang bagaimana?” tanya Tasya.
“Ooooh.. sebelumnya kalian tulis dulu, berapa lama kalian akan berada disana. Kalau sudah waktunya, kalian akan kembali lagi ke sini” Stev melanjutkan.
“ Ya udah! Sekarang aku duluan!” kata Derina tak sabar.
“Baik.. kau mau kemana?” tanya Stev .
“Ke zaman jura! Aku ingin bertemu t-rex!” kata Derina. Stev pun menulis nama Derina dan menulis “Zaman Jura”.
“Mau berapa lama disana Derina?” tanyanya lagi.
“Berapa ya? 1 jam!” kata Derina. Stev menulis pada kolom waktu. Stev menulis “1 jam”. Stev pun menekan sebuah tuas, dan CRING! Seketika itu juga, Derina menghilang.
“Hei! Derina menghilang! Kau kemanakan anak itu?” tanya Joan.
“Dia sudah pergi ke zaman jura seperti keinginannya. 1 jam lagi, dia akan kembali” kata Stev.
***
Brak! Donk!! Bruuk! Ah! Auch!
Derina terjatuh. Bokongnya merasakan sakit luar biasa.
“Dimana aku?” tanya Derina memandang kesekeliling. Dia melihat seekor dinosaurus besar, dan itu… Tyrannosaurus!
“Aku berada di zaman jura! Dan aku akan kembali 1 jam lagi!” kata Derina. Lalu, muncullah seekor dinosaurus kecil.
“Hai bung! Siapa kamu?” tanya dinosaurus itu.
“Eh? Hai.. aku Derina.. aku seorang manusia. Kamu siapa? Kok bisa bicara bahasa manusia?” tanya Derina.
“Hai Derina! Aku seekor t-rex kecil. Namaku Mennie. Ayo! Akan ku perlihatkan kau kepada keluarga ku!” kata Mennie.
“Keluarga mu tidak buas kan?” tanya Derina.
“Hahahaha.. itu lucu Derina. Dalam pikiranku, tidak ada kata buas. Keluargaku tidak mengenal kata buas” kata Mennie. Aneh! Hewan kok bisa seperti manusia ya?
“Baiklah” kata Derina. Derina pun naik ke punggung Mennie. Meskipun masih kecil, Mennie mengaku sanggup membawa manusia seperti Derina.
“Kau pergi dengan siapa?” tanya Mennie di perjalanan.
“Aku pergi sendiri. Aku akan kembali lagi ke tempat asalku 1 jam lagi” kata Derina seraya melihat jam tangannya. Mennie berjalan kearah sebuah hutan. Hutan itu tampak sangat menyeramkan.
“Kita mau kemana Minnie?” tanya Derina.
“Ayo, ikut saja!” kata Mennie. Derina melihat sekumpulan dinosaurus besr. Lebih besar dari Minnie.
“Ini keluargaku Derina” kata Minnie.

Nantikan cerita selanjutnya!