Sabtu, 19 Februari 2011

“Mencari Harta Karun!”


Via sangat sedih.. kalung dan cincin emasnya hilang. Padahal, Via sudah menyimpannya di kotak perhiasan dengan baik-baik.
“Huh! Kalung ku hilang!” keluh Via. Dia sudah bosan mencari cincin dan kalungnya itu. Tapi, tiba-tiba terdengar suara. BRUK! Seperti benda yang jatuh. Via mencari asal suara itu. Di taman! Ia melihat ke sekeliling. Tidak ada orang! Ini aneh! Via lalu melihat ke bawah kakinya. Ada benda yang aneh di bawah kakinya.
“Apa ini??” tanya Via sambil mengangkat benda aneh itu. Benda aneh itu berupa gulungan yang sudah agak usang. Via membuka gulungan itu.
“Ini kan.. ini bukankah peta harta karun??” tanya Via sambil berdecak kagum.
“Darimana peta ini ya??” tanya Via dalam hatinya. Ia masih heran. Bukankah peta harta karun itu hanya ada di film-film? Peta itu berwarna emas. Sangat mengkilat. Tak lama kemudian, Grace, Ovi, Nindya dan Zea datang. Mereka semua teman baik Via.
“Assalamualaikum!” sapa mereka semua.
“Walaikum Salam! Eh teman-teman! Ayo masuk..” kata Via. Mukanya memperlihatkan bahwa dirinya sedang kikuk.
“Kenapa sih Vi?” tanya Ovi.
“Kenapa apanya??” tanya Via heran. Apa ada hubungannya Ovi dengan peta harta karun itu? Ah tidak! Pasti tidak! Kata Via dalam hati.
“Kok mukamu aneh gitu? Kayak orang sedang kikuk” kata Nindya melanjutkan perkataan Ovi.
“Mmmhh.. mau ku kasih tau nggak??” tanya Via.
“Makin nggak jelas lagi nih.. apaan??” tanya Grace. Orangnya bodoh.. tapi bijaksana (Maaf ya Grace.. bukan ngatain)
“Tapi kalian jangan kasih tau siapa-siapa!” kata Via.
“Iya deh.. apaan??” kata Zea tak sabar.
“Aku menemukan peta harta karun..” kata Via sambil memperlihatkan peta harta karun yang ditemukannya.
“VIA! JANGAN MAIN-MAIN DEH!” kata mereka semua kaget.
“Ini beneran.. ku ceritakan ya..” kata Via sambil menceritakan semuanya.
“Jangan-jangan, ada hubungannya dengan kalung dan cincin mu yang hilang!” kata Nindya tiba-tiba.
“Ah Nindya! Jangan bercanda deh.. aku serius..” kata Via tersenyum kecut.
“Bisa saja lo! Mungkin, seseorang memberi petunjuk tentang hilangnya kalung dan cincin mu!” kata Zea yang suka berkhayal.
“Bisa jadi tuh…” Ovi menyetujui perkataan Zea.
“Tapi bisa saja salah..” kata Grace.
“Ya sudah.. kita coba saja dulu.. menurut petunjuk di peta ini, kita harus menuju dapur rumahku! Setuju nggak??” tanya Via sambil memperlihatkan peta harta karun.
“Walaupun petunjuk ini aneh, kalau begitu aku ikut!” kata Grace.
“Aku juga!” Ovi mengangkat tanggannya.
“Aku juga dong..” kata Nindya dan Zea bersamaan.
“Tapi kapan kita ke dapur rumahku??” tanya Via.
“Besok!’ kata mereka semua.
“Baiklah..” kata Via.
Esoknya..
Semua teman-teman Via sudah ke dapur rumahku??” tanya Via.
“Besok!’ kata mereka semua.
“Baiklah..” kata Via.
Esoknya..
Semua teman-teman Via sudah berkumpul.
“Assalamualaikum! Eh, jadi kita boleh menjelajahi dapurmu??” tanya Grace yang melihat Via keluar dari rumahnya.
“Eh.. boleh kok.. orang tuaku lagi nggak ada dirumah.. berarti, di bolehin” jelas Via.
“Tapi kamu sudah minta izin kan??” tanya Nindya memastikan.
“Pasti dong.. Via Annisa Nurshanty gitu lo!” kata Via sambil mengucapkan nama panjangnya dengan bangga.
“Udah ah.. nggak usah lebay.. yuk masuk” kata Via lagi. Mereka semua memasuki rumah Via yang kelihatan cukup mewah. Mereka langsung menuju dapur.
“Udah nih?? Gini aja??” tanya Zea yang kelihatan bosan.
“Gini aja gimana??” tanya Ovi.
“Maksudnya, setelah kedapur nggak melakukan hal-hal yang lain??” tanya Zea.
“Nggak.. tapi, kita masih harus ke ruang tamu dan kamar mandi.. terus habis itu tempat dimana berada harta karun itu.. yaitu, bak pasir yang ada dihalaman belakang” kata Via menjelaskan.
“Baiklah” kata Zea. Mereka berdua mengelilingi ruang tamu dan kamar mandi, hingga sampailah mereka ditempat yang mereka tunggu-tunggu. Bak pasir di halaman belakang.
“Yee udah samapai!” kata Nindya senang.
“Hei lihat! Di bak pasir itu ada tumpukan pasir! Mungkin, di dalam tumpukan pasir tersebut ada benda yang tersembunyi di dalamnya!” seru Zea.
“Ayo kita gali tumpukan pasir itu!” kata Via bersemangat. Mereka menggali tumpuka pasir tersebut, dan mereka menemukan cincin dan kalung yang hilang itu.
“Ini kan kalung dan cincin emasku!” kata Via sambil mengambil cincin dan kalung emasnya yang tersembunyi di balik pasir.
“Jadi, apa yang kau ingat??” tanya Ovi.
“Oh ya! Waktu itu, aku ingin memperlihatkan kalung dan cincin ini kepada saudaraku, Marie. Di bak pasir ini. Tapi, tiba-tiba, cincin dan kalung itu menghilang. Dan rupanya masih di bak pasir rupanya!” kata Via menjelaskan.
“Lalu kenapa kita harus pergi ke dapur, ke ruang tau dan kamar mandi??” tanya Grace.
“Biar seru lah! Grace!” kata Zea.

Rabu, 16 Februari 2011

“ Misteri Sepatu Firka”


Hari ini, Firka tampak terburu-buru. Wajahnya pucat. Titik-titik air terlihat membasahi wajahnya.
“Mana ya??” kata Firka sambil mencari-cari sesuatu. Bunda yang kebetulan lewat, melihat anaknya yang sedang terburu-buru itu.
“Kenapa Firka??” tanya bunda. Bunda memerhatikan Firka.
“Sepatu Firka hilang.. kalau Sepatu Firka hilang, berarti, Firka pakai apa dong ke sekolah??” tanya Firka.
“Oh.. Firka mencari sepatu ya?? Sepatu yang mana??” tanya bunda sambil membantu Firka mencari.
“Yang warnanya ungu itu lho!” kata Firka yang masih sibuk mencari sepatunya.
“Mengapa tidak pakai yang lain saja??” tanya bunda. Tapi, sebelum Firka menjawab, muncullah Bi Sum.
“ Semua sepatu non Firka sudah dicuci semua..” kata Bi Sum.
“Terus, Bi Sum cuci sepatu Firka yang warna ungu tidak??” tanya Firka kepada Bi Sum.
“Bi Sum tidak melihat sepatu ungu milik non Firka…” jelas Bi Sum.
“Terus, Firka berangkat sekolah pakai apa dong??” tanya Firka.
“Biar nggak telat, pakai sendal aja..” usul bunda.
“Bunda gimana sih?? Masa ke sekolah pakai sendal?! Memangnya, sekolah itu pasar??” tanya Firka.
“Firka sayang.. kalau kita cari dulu sepatu ungu kamu itu , kita butuh waktu. Sedangkan waktunya pasti lama.. sedangkan bel sekolah berbunyi, sebentar lagi.. Firka mau nggak telat??” tanya bunda. Firka pasrah.. akhirnya ia memakai sendal ke sekolah.. untungnya, dia tidak telat masuk kelas, tapi nggak untungnya, dia diketawain sama teman-temannya..
“Hahahaha.. jeng Firka mau kemana tuh?? Pakai sendal kesekolah? Hahaha..” mereka semua menertawakan Firka. Firka tidak mengubris ejekan itu. Tapi, dalam hati Firka hanya bisa mendengus kesal.
Waktu terus berjalan hingga waktu pulang pun tiba. Firka masih ditertawakan oleh teman-temannya sepanjang perjalanan ke rumah.
“KESAL!” kata Firka marah.
“Wah! Jeng Firka marah! Kenapa bu?? Sendalnya copot ya?? Hahahaha” kata anak-anak mengejek Firka. Sesampainya dirumah, bunda langsung menyambutnya.
“Sepatumu sudah ketemu lo..” kata bunda tiba-tiba. Firka yang mendengar itu langsung kaget.
“DIMANA??!!” tanya Firka terbelalak. Matanya yang bulat seperti bola pingpong itu makin membulat.
“Kak Mina meminjamnya tanpa sepengetahuan kamu… katanya, gambar yang ada disepatu itu sangat bagus. Jadi, ia ingin mencoba menggambarnya. Sebetulnya, tadi pagi kak Mina ingin mengembalikannya. Tapi, karena Firka sudah pergi ke sekolah, kak Mina menaruhnya di loker sepatu..” jelas bunda panjang lebar.
“HAH?! AWAS! KAK MINA!!!” teriak Firka marah.

Senin, 14 Februari 2011

“Nilai 100”

Zidan melangkahkan kakinya keluar kelas. Ia sangat senang. Karena, pada ujian sains dan matematika kemarin, ia mendapat nilai 100. Ia melewati gang ampera, melewati jalan besar dan sampailah Zidan dirumahnya. Ia melepas sepatu abu-abu dan kaus kaki putih yang ia pakai di sekolah.
“Ibu! Zidan pulang..” kata Zidan. Ibunya lalu muncul. Ibu memperhatikan muka Zidan. Seperti ada sesuatu.
“Eh Zidan.. bagaimana sekolahnya?? Kok kamu senyum-senyum gitu.. ada rahasia ya??” selidik ibu.
“Tidak bu.. sekolah Zidan baik-baik saja..” jelas Zidan.
“Lalu, kenapa kau senyum-senyum begitu.?? Kelihatannya senang sekali”kata ibu.
“Kan kemarin ada ujian matematika dan sains, Zidan dapat nilai 100” kata Zidan senang.
“Alhamdullilah! Coba ibu lihat lembar ujiannya” kata ibu. Zidan memberikan kertas ujiannya. Ibu melihat dengan seksama.
“Zidan” kata ibu.
“Ya??” Zidan masih tersenyum.
“Nilai matematika kamu 50. Sains juga 50. Kok bisa 100??” tanya ibu.
“Kan 50 + 50 hasilnya 100..” kata Zidan santai.
“APA?”

“Starry Hilang!”


Starry, dia adalah kucing kesayangan ku. Kucing itu sangat penurut.ia sangat lucu.. setiap orang yang melihat Starry pasti langsung mau mengelusnya.. tapi, ia hanya ingin di elus oleh orang yang pernah dilihatnya saja.. kalau tidak, Starry akan marah dan langsung memperlihatkan kukunya yang tajam. Hari ini masih pagi. Masih pukul 05:00. Aku segera mandi dan berpakaian. Seperti biasa.. aku melihat dulu ke kamarnya Starry.. Starry memang memiliki ruangan khusus pribadi (Hehehe.. kayak orang besar saja ya!). kamar Starry tak jauh dari kamarku. Aku memang sering setiap pagi datang ke kamar Starry. Aku membuka kamar Starry.
“Hai Starry!” sapaku. Biasanya, kalau Starry mendengar suaraku langsung mengeong dan mendekati kakiku. Tapi, kali ini, tidak ada suara ngeongan itu.
“STARRY!” kataku. Mungkin, Starry ngumpet.. Pikirku. Aku mulai mencari Starry, Sambil berteriak memanggil nama Starry.
“Starry! Starry! Starry! STARRY!!!! Dimana kau!?” kata ku sambil mencari dibalik lemari. Aku mencari ke semua pelosok kamar Starry. Tapi, tidak ada hasil. Lalu terdengarlah sebuah suara. Tapi itu bukan suara ngeongan Starry.
“Elsa! Ayo sarapan!” kata suara itu. Aku segera mengenali suara itu. Mama! Aku langsung ke ruang makan. Disana sudah ada Lisa, adikku, papa dan mama.
“Kak Elsa kemana saja sih!? Aku sudah bosan tau menunggu kakak!” gerutu Lisa.
“Iya sabar kenapa! Starry itu hilang!” kataku. Seluruh keluargaku langsung kaget.
“Starry hilang?!”
“Apa benar??” tanya papa.
“Benar kok! Aku lihat dikamarnya, sudah tidak ada..” kata ku ketus.
“Apa sudah di periksa??” kata mama ikut penasaran.
“Sudah! Percayalah! Aku tak bohong” kataku.
“Bagaimana ceritanya kak??” kata Lisa. Aku menceritakan kejadian tadi pagi dengan sedih.
“Ohhh.. gitu” kata papa-mama, dan Lisa serempak. Papa yang melihat wajahku sedih langsung menghiburku.
“baiklah.. karena hari ini hari libur, bagaimana kalau kita cari Starry sehabis sarapan??” usul papa. Aku langsung tersenyum.
“YEAH!”.
Hari ini, semuanya, papa-mama, aku dan Lisa sarapan dengan terburu-buru. Tidak biasanya seperti ini. Semuanya tidak sabar untuk mencari Starry. Dan, mau melihat, apakah Starry itu benar-benar hilang??
Semuanya sudah selesai sarapan.
“bener nih, Elsa. Starry hilang?” tanya mama memastikan. Aku mengangguk.
“Baiklah. Kalau begitu, kita cari Starry di kamarnya dulu. Mungkin, Starry sudah kembali” kata papa. Mereka sekeluarga masuk ke kamar Starry. Mereka semua mencari Starry dengan susah payah.
“Starry!”
“STARRY!”
“Sssssttttttaaaaaarrrryyyy!!!! Dimana kau??”
“Starry!”
“Starry!”
“STARRY!”
Semua mencari-cari. Tapi, hasilnya 0.
“Kemana lagi nih pa?? Starry betul-betul tidak ada di kamarnya” kata Lisa.
“Iya betul! Setelah mama periksa baik-baik, Starry tidak ada di kamar!” kata mama kewalahan. Aku yang mendengar itu hanya tersenyum kecut. Ternyata Starry pergi untuk selamanya! Kata ku dalam hati.
“Sekarang, kita cari di luar kamar. Tapi, tidak sampai keluar rumah! Hanya di dalam!” kata papa. Semuanya mencari dengan penuh penasaran.
“kemana Starry pergi??” sekeluarga mencari ke kamar, ke dapur, ruang tamu, ruang keluarga, ke gudang, tapi, ternyata STARRY HILANG!
“Wah! Benar katamu Elsa! Starry hilang!” kata papa. Aku menangis.
“Lalu, hiks! Lalu.. aku.. harus hiks! Cari.. ke.. hiks..! mana? Hiks! Hiks!” kataku tersedu-sedu.
“Mungkin kau bisa cari ditaman bermain besok sore.. kau bisa mengajak teman-temanmu..” kata mama.
“Aku ikut ya kak!” kata Lisa. Aku mengangguk kecil.
“Aku akan kehilangan teman kecilku.. tak ada yang bisa menemaniku lagi.. hiks! Hiks! Hiks!” kataku.
“Kan masih ada Lisa” kata Lisa. Aku tersenyum kecil.
“Ayolah nak! Senyum!” kata papa.
Matahari turun pagi ini. Cuaca sangat cerah. Aku masih mengingat kejadian ketika Starry hilang. Setelah mandi, berpakaian dan sarapan, aku keluar rumah. Aku memakai sendal hello kitty kesayanganku. Rencananya, aku ingin pergi ke rumah Ninda. Ia adalah sahabatku.
“Kakak! Kakak mau kemana??” tiba-tiba, Lisa menghampiriku.
“Aku ingin mengajak Ninda mencari Starry di taman bermain” kataku.
“Aku ikut!!” kata Lisa. Kami segera ke rumah Ninda yang tak jauh dari rumahku.
“Permisi!” aku mengetuk pintu rumah Ninda. Lalu, terbukalah pintu yang ku ketuk. Muncullah seorang gadis cilik. Rambutnya yang panjang dibiarkan terurai. Memakai baju terusan berwarna hijau, dan memakai celana selutut. Ninda!
“Elsa!” kata Ninda sambil memeluk ku.
“Ada apa Elsa??” tanya Ninda kepadaku.
“Aku hanya ingin meminta pertolongan” kata ku.
“Kenapa, jelaskan saja” kata Ninda.
“Kucingku hilang. Itu loh.. Starry..” kataku.
“Wah! Starry hilang? Bagaimana ceritanya??” tanya Ninda. Aku menceritakan semuanya.
“Jadi, aku minta tolong. Bisa tidak kau membantuku mencari Starry ditaman bermain??” tanya ku memelas.
“Tentu saja.. no problem!” kata Ninda. Pandangannya tertuju kepada Lisa.
“Lisa juga ikut??” tanya Ninda lagi. Ninda memang sudah kenal lama dengan Lisa. Aku mengangguk. Kami bertiga keluar dari rumah Ninda. Sebelumnya, Ninda sudah izin dulu ke bundanya. Kami bertiga melesat pergi ke taman bermain.
“Sudah sampai!” kata Lisa sambil tersenyum.
“Jadi, sekarang, Ninda cari disemak-semak, Lisa cari di antara pohon-pohon dan aku mencari di antara bunga-bunga warna merah itu. Kembalilah ke rumah pohon yang ada disana kalau kalian tidak menemukan Starry.” Kata ku memberi penjelasan.
“SIAP KOMANDAN!” kata Ninda dan Lisa. Suaranya dibuat-buat seperti polisi. Kami semua mencari dengan tekun.
“STARRY!!”
Sudah 1 jam kami mencari Starry. Sekarang, aku dan Ninda sedang ada dirumah pohon.
“Aku menyerah!” kata Ninda sambil memegang bendera putih. Tak lama tedengarlah suara.
“KAK NINDA! KAK ELSA!” suara itu sangat keras. Aku dan Ninda mencari asal suara itu. Rupanya, suara itu berasal dari selah-selah pohon! Kami mencari dengan semangat berkobar-kobar. Dan, ditemukannya Lisa sedang mengusap seekor kucing.
“Hei Lisa! Kucing siapa itu??” tanyaku.
“Ini Starry! Starry suudah punya anak!” kata Lisa sambil memperlihatkan anak-anak kucing yang lucu.
“Karena kau sudah membantu mencari Starry, kau boleh mengambil salah seekor anak kucing” kata ku tersenyum kepada Ninda.
“Nggak ah! Aku alergi kucing” kata Ninda.
“Hahahahaha” kami semua tertawa bahagia. Starry ternyata ada di taman bermain!

“Memelihara Kizzy”


Namanya Kizzy. Ia adalah kucing ku. Kizzy sangat lucu. Bulunya belang 2: hitam dan putih. Ia penurut lo..ia selalu mengikuti ku, kemanapun aku pergi. Bahkan, saat tersiram air pun, ia tetap setia mengikuti ku.. aku tertawa geli saat melihat bentuk wajah Kizzy ketika terkena air. Ia suka sekali dengan namanya: ‘MANDI’. Ketika aku menyiapkan air untuknya, ia langsung meloncat ke bak mandi miliknya, dan BYUR! Kulitnya basah terkena air. Ia paling senang ketika dimandikan dengan sabun “Kitty”, sabun khusus kucing kecil seperti Kizzy. Aku heran pada kucingku yang satu ini. Kucingku suka mandi?? Padahal, kucing itu kan takut air! ANEH! Selesai mandi, biasanya ia makan. Makanan itu khusus untuk kucing. Dan, setelah makan, ia biasa tidur di keranjangnya. Tempat tidurnya memang sederhana, hanya keranjang yang diberi kain, itu saja sudah cukup.. tapi, sepertinya Kizzy sangat menyukainya.. sehabis itu, ia akan terlelap. Saat Kizzy tertidur sangat lucu lo.. ia suka mendengkur dan tersenyum saat tidur.. lucunya.. lalu, dia bangun.. biasanya, kalau dia bangun langsung menghampiriku. Lalu, ia bermain. Biasanya, ia akan bermain dengan bola karetnya yang berwarna kuning. Kizzy akan mengejar-ngejar bola itu, dan.. HUPP! Kizzy menangkap bola itu dan memberikannya kepada ku. Senangnya memiliki hewan seperti Kizzy!

Sabtu, 12 Februari 2011

“Secret”


Aku membuka buku baruku. Buku itu berjudul “Rumah cookies di seberang jalan”. Buku itu pemberian bundaku, karena aku selalu membantu membuat kue. Hehehe.. aku mulai membaca buku itu. Lalu, adikku, Citra, datang menghampiriku.
“Kakak baca apa??” tanyanya dengan penasaran.
“Kakak sedang membaca buku.. Citra mau baca??” tanyaku. Citra menggeleng.
“Enggak. Citra mau lihat kakak baca aja” katanya sambil mengamati ku.
“Baiklah” aku kembali membaca bukuku. Lalu, aku menemukan sebuah kata. Kata itu ditulis “Secret”. Aku tidak tahu apa itu “Secret”. Karena memang, aku paling tidak pandai berbahasa inggris. Lalu aku bertanya kepada bunda.
“Bunda! Ini, apaan sih artinya?” kataku sambil memperlihatkan kata “Secret” itu.
“Itu, namanya “Secret”! Artinya rahasia..” kata bunda.
“Rahasia berarti nggak dikasih tau dong?? Kasih tau dong bun artinya apa..” kataku.
“Ya, “Secret” itu rahasia artinya sayang!” kata bunda.
“Rahasia kan berarti nggak boleh dikasih tau! Bunda itu gimana sih??” tanyaku bingung.
“Ya udah deh.. kalau kamu nggak ngerti nggak usah nanya” kata bunda menyerah.

Jumat, 11 Februari 2011

“Mimpi yang Aneh”


JRENG! Aku membuka mataku. Dimana ini?
“Waw.. bagus sekali tempat ini..” kata ku. Aku berdecak kagum. Lalu muncullah seseorang. Dia menghampiriku.
“Hai Excel!” kata orang itu. HAH? Siapa dia?
“Mh, hai! Kamu siapa?? Kok kamu tahu namaku sih?? Padahal, aku tidak mengenalmu” kataku.
“Tentu. Aku tahu semua orang yang ada di sini.” Kata orang itu. Orang itu bentuk tubuhnya aneh. Tapi, sepertinya ia baik dan pintar.
“Ok..ok.. baiklah. Namamu siapa?” tanya ku.
“Oh ya! Hampir lupa! Namaku Virgie Libble! Panggil aku Virgie” kata orang yang bernama Virgie itu.
“Bolehkah aku bertanya satu hal lagi?” tanya ku.
“Tentu saja boleh, Excel!” kata Virgie. Ia memperlihatkan giginya yang agak kekuning-kuningan. Sepertinya, masyarakat yang ada disini belum mengenal pasta gigi dan sikat gigi. Pikirku.
“Oh! Nama kota ini apa ya??” tanya ku.
“Selamat datang di kota Quenia Floranibble!” kata Virgie.
“Wow! Hebat! Kita main apa nih? Yang seru??” tanya ku.
“Bagaimana kita ke Quenia land?? Disana banyak wahana yang seru lo! AYO!” kata Virgie sambil menarik tanganku.
Sesampainya di Quenia land, aku dan Virgie segera membeli karcis. Aku melihat papan besar berwarna hijau campur kuning yang bertuliskan:
“Welcome to Quenia land!”. Aku memasuki tempat itu. Ternyata, banyak juga manusia yang ke sana. Senang sekali. Kami memainkan wahana jet coaster, halilintar, poci-poci, tornado, dan masih banyak lagi! Sebetulnya sama saja sih seperti di dufan. Hanya saja, kalau di Quenia land, lebih seru.
“Seru ya Virgie!” kata ku sambil meminum jus noah tail. Itulah jus yang paling digemari penduduk Quenia Floranibble. Virgie tersenyum.
“Tentu saja Excel! Di Quenia Floranibble, semuanya lengkap.” Kata Virgie. Ia meminum jus Loapy Jillife.
“Mmhh Virgie” kata ku.
“Ada apa?” tanya Virgie. Ia mentap muka ku.
“Sepertinya aku harus kembali ke bumi lagi. Tempat tinggalku” kata ku.
“Ya. Baiklah Excel! Tunggu! Terimalah gelang ini. Ini kenang-kenangan untuk mu!” kata Virgie menyerahkan gelang permata itu kepadaku.
“Baiklah Virgie! Terimakasih ya!” aku melambaikan tangan. BLUP! Virgie hilang!
“AH!” kataku.
“Tenang nak!” kata seseorang. Bunda!
“Itu hanya mimpi!” katanya lagi. Aku membuka mataku. Benar! Hanya mimpi. Aku mencubit pipiku untuk memastikannya.
Hanya mimpi.
“Kita dimana sih?” tanya ku kepada bunda.
“Kita di mobil! Kita kan mau ke Jogja!” kata bunda. Aku tersenyum. Kulihat tanganku. Ada gelang permata yang diberikan Virgie waktu itu! Kok bisa disini ya?? Ah! Aneh..

“Ayo Mandi Harimau Kecil!”


Harimau kecil mengelap keringatnya dengan bajunya yang kotor terkena debu.
“Teman-teman! Sudah dulu ya mainnya! Sudah sore! Aku takut dicariin kakak ku!” kata Larry si ular.
“Iya nih.. aku juga sudah capek!” kata Giga si gajah. Mereka semua adalah teman bermain harimau kecil.
“Baiklah.. aku pulang ya..” kata harimau kecil. Ia kembali pulang kerumahnya. Dan, lapangan tempat harimau kecil bermain pun sudah sepi. Di rumahnya, harimau kecil segera mencuci tangan dan kakinya serta mengganti baju. Ia melihat ke dapur. Mama harimau sedang memasak makan malam!
“Mama!” kata harimau kecil. Mamanya menoleh.
“Hai harimau kecil! Hari ini mama sudah buatkan masakan yang pastinya harimau kecil suka” kata mama.
“Apa itu?” tanya harimau kecil.
“Sup daging dan sayur floranimen (sayuran ini hanya tumbuh dalam cerita ini lo..)” kata mama harimau.
“Wah.. pasti enak!” kata harimau kecil. Lalu, muncullah ayah harimau.
“Wah! Enak sekali makan malam kali ini!” kata ayah harimau.
“Tentu saja” kata harimau kecil.
“Ngomong-ngomong, harimau kecil sudah mandi belum?” tanya mama harimau. Harimau kecil menggeleng.
“Aku tak mau mandi! Airnya dingin. Nanti aku masuk angin, terus dimarahin ayah. Kayak waktu itu pas aku main hujan-hujanan sama Mimi beruang! Kata ayah: Jangan main air harimau kecil! Airnya dingin! Nanti kamu masuk angin!!” kenang harimau kecil.
“Tapi kan, mandi sama main hujan-hujanan itu beda harimau kecil” kata ayah harimau.
“Nanti, kalau kamu tidak mandi, kamu bau lo.. nanti kamu bakal dibilang harimau bau. Mau nggak?” tanya mama harimau. Tapi, tetap saja harimau kecil menggeleng.
“Pokoknya, aku nggak mau mandi! Airnya dingin!!” kata harimau kecil.
“Kalau mandi air hangat mau nggak??” tanya ayah harimau. Ia berusaha keras agar anaknya mau mandi.
“Nanti kulit harimau kecil melepuh” kata harimau kecil mencari alasan. Orang tua harimau kecil kehabisan akal agar anaknya mau mandi. Tiba-tiba, mama harimau kedatangan ide. Mama harimau membawa teddy, boneka beruang kesayangan harimau kecil. Lalu memegangnya. Sedangkan harimau kecil sudah pergi. Lalu mama harimau berkata keras-keras.
“KALAU HARIMAU KECIL NGGAK MAU MANDI, NANTI TEDDY NGGAK NEMENIN MAIN LHO!” kata mama harimau. Harimau kecil yang mendengar itu langsung menghampiri mamanya.
“Apa benar itu tadi? Teddy tidak mau menemaniku main karena aku belum mandi??” tanya harimau kecil. Mama harimau mengangguk.
“Baiklah! Aku mandi!” kata harimau kecil mengambil handuknya. Dalam hati, kedua orang tua harimau kecil senang karena anaknya sudah mau mandi lagi.

“Krik, Krik! Suara Jangkrik!”


Malam ini, Venya senang sekali. Karena ia akan diajak mama tidur sendiri. Sebelumnya, Venya belum pernah tidur sendiri. Lagipula, Venya harus belajar tidur sendiri karena ia sudah kelas 2. Dan ia harus terbiasa tidur sendiri karena ia, sebentar lagi akan mengikuti camping. Setelah sikat gigi, cuci tangan dan cuci kaki, ia masuk ke kamar barunya yang masih terasa asing.
“Wah! Besar sekali kamar Venya” kata Venya sambil melihat kmarnya yang dicat ungu. Mama tersenyum.
“Sekarang Venya tidur ya.. sudah malam. Besok, kau tak boleh telat ikut mama pergi ke mall” kata mama.
“Shoping??” tanya Venya.
“Ya” balas mama. Mama mencium pipi Venya. Mama menutup pintu. Sebelum mama pergi dari kamar Venya, mama berpesan:
“Kalau Venya takut, Venya berdoa sama tuhan, semoga Venya dilindungi.” begitu pesannya. Venya naik ke tempat tidur yang empuk. Ia memandang ke seliling. Ah.. panas! Ia menyalakan AC. Uuh dingin! Ia menarik selimut merahnya bergamabar ank kecil sedang membaca buku dibawah pohon. Jadi hangat! Venya menutup matanya. Tak lupa ia berdoa sesuai pesan mamanya:
“Kalau Venya takut, Venya berdoa sama tuhan, agar dilindungi” dan ia pun berdoa. Doanya seperti ini:
“Ya tuhan, lindungilah Venya yang baru belajar tidur sendiri ini ya tuhan..” kata Venya. Ia menutup matanya, kembali ke alam mimpi. Tapi tiba-tiba, krik, krik! Ada suara! Venya menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada siapa-siapa! Ia kembali melanjutkan perjalan ke alam mimpinya. Tapi, tak lama terdengar suara itu lagi. Krik, krik! Venya kembali membuka matanya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada siapa-siapa! Ia mulai merinding.
“Apakah itu maling jemuran?? Atau hantu yang suka menakut-nakuti seperti di film-film??” kata Venya takut. Ia pun teringat pesan mamanya:
“Kalau Venya takut, Venya berdoa sama tuhan, agar dilindungi”.
“Ah! Mungkin doa ku kurang serius! Baiklah! Ya tuhan, lindungilah Venya yang baru belajar tidur sendiri ini ya tuhan” kata Venya. Untuk kesekian kalinya, Venya menutup matanya. Dan tanpa sepengetahuan Venya, Venya tidur lelap di kamar barunya itu.
Matahari pun turun menerangi pagi ini. Venya bangun pagi-pagi. Setelah mandi, memakai baju dan sarapan, ia duduk di sova dan membaca majalah ladies. Lalu mama muncul. Mama kelihatan cantik.
“Sudah siap Venya?” tanya mama.
“Mau ngapain??” tanya Venya. Ia menutup majalahnya.
“Shoping lah!” kata mama.
“Oh ya! Tentu!” kata Venya. Ia mengambil tasnya yang bertuliskan “Girl”.
“Baiklah! Ayo berangkat’” kata mama sudah siap.
“Mama!” kata Venya.
“Apalagi?” tanya mama heran.
“Ah! Venya hanya ingin tanya saja. Tadi malam Venya tidur sendiri kan? Nah, tiba-tiba, Venya dengar suara krik, krik! Suara apa itu??” tanya Venya. Mama tersenyum.
“Oh! Itu rupanya! Suara itu berasal dari jangkrik” kata mama menjelaskan.
“Apa jangkrik itu?” kata Venya penasaran.
“Jangkrik itu hewan sayangku.. jangkrik itu memang suka mengeluarkan suara krik, krik” kata mama menjelaskan lebih lanjut.
“Oh.. baiklah! Krik, krik. Suara jangkrik! Hihihihhihi” kata Venya sambil tersenyum lebar.

Kamis, 10 Februari 2011

“Petualangan di Rumah Hantu”

Kupersembahkan untuk temanku, Rahma, Zainab, Faiza, Anindya dan Tiara.

Di taman..
“Kalian tahu tidak rumah di desa seberang itu??” tanya Rara sambil duduk di bangku taman.
“Aku tahu! Aku pernah di beritahu temanku. Katanya, orang yang masuk ke dalam rumah itu akan tidak bisa keluar…” kata Riri.
“Ah.. seram banget! Aku jadi penasaran..” kata Rira. Mereka bertiga itu saudara kembar… mukanya juga mirip..
“Beritanya sudah sampai ke tv-tv lho..” kata Riri.
“Katanya sih ya.. nama rumah itu rumah hantu.. soalnya, dulu ada orang tinggal disana, suatu hari ia meninggal dengan cara misterius. Setelah diperiksa, dokter yang memeriksa orang tersebut mengatakan, bahwa orang yang meninggal itu mati dengan cara tertawa. Karena tertawa orang itu mati. Dan mayat itu diberi nama hantu mati ketawa.. katanya lagi, hantu mati ketawa tuh suka muncul di dalam rumah itu setiap hari Jumat.” kata Rira. Rara mengerutkan kening. Masa sih??
“AH! Rira bohong!” kata Rara tak percaya.
“Betul kok! Aku tak bohong.. lagipula, ngapain bohong? Nanti dosa lo..” kata Rira.
“Bagaimana kalau kita selidiki, pasti seru!!” kata Riri tiba tiba.
“Riri!?!”
“Riri, jangan macem-macem deh! Kata Rara.
“Nggak papa kali.. kan supaya kita tahu rumah itu. Apa benar ada hantu mati ketawa?” tanya Riri.
“Sekarang kan hari Jumat!” kata Rira.
“Ya udah deh.. sebenernya aku mau aja kesana.. tapi jangan nyesel ya Ri, kalau kita nggak bisa keluar dari rumah itu! Pasti rumah itu sudah berdebu dan usang! Kau kan takut tempat yang berdebu!” kata Rara.
“Ya deh.. aku juga ikut.. tapi kapan nih enaknya.?” Tanya Rira.
“Malam nanti??” tanya Riri.
“AYO!” kata mereka semua.
“Gitu dong.. kompak” kata Riri. Senyum lebar tersungging di bibirnya.
Malam itu..
Mereka sedang sibuk mempersiapkan semuanya untuk dibawa ke rumah hantu itu.
“Bawa baju ganti ya..” kata Riri sambil mencatat di buku notenya.
“Iya…” kata Rara dan Rira serempak. 10 menit kemudian, mereka sudah siap.
“Udah.. yuk berangkat!” kata Rira.
“Aku belum masukin bekalku! Tunggu!” kata Rara.
“Ya.. baiklah.. kami berdua menunggu..” kata Riri. Setelah itu, muncullah Rara dengan tas ranselnya.
“AYO BERANGKAT!”
Di depan rumah hantu..
“Ih serem!” kata Rira.
“Udah yuk! Langsung aja kita masuk..” kata Rara.
Sementara itu..
“Hei kamu! Hantu mati ketawa!” kata seseorang. Lalu, hantu mati ketawa langsung menghadap kepada orang itu.
“Ya, yang mulia?” tanya hantu mati ketawa.
“Aku melihat lewat radio ini, seperti ada yang mau mengincar kita” kata orang itu lagi. Rupanya ia adalah Miss Pauli! Ialah yang menyuruh untuk hantu mati ketawa melakukan sesuatu. Atau, Miss pauli lah yang mengendalikan hantu mati ketawa!
“Lalu?” tanya hantu mati ketawa lagi.
“Takut-takutilah anak itu.. sementara kau takut-takuti anak itu, aku akan mengambil seorang anak yang bernama R-A-R-A!” kata Miss Pauli.
“Baiklah!” kata hantu mati ketawa sambil keluar dari sarangnya.
Di dalam rumah hantu..
“Eh! Tempatnya serem ya..” kata Rara.
“Kalau begitu aku paling belakang sajalah..” kata Rara lagi.
“Iya nih.. lagian, Riri sih ada-ada saja! Pake minta kesini segala.. emang kita the dektektif yang kayak di buku mu??” tanya Rira kepada Riri.
“Sssttt!! Aku mendengar sesuatu!” kata Riri. Lalu tiba-tiba, muncullah sebuah suara. Suaranya seperti:
“ngik..ngik..ngik..ngik.. mati ketawa! Mati ketawa!” semuanya langsung berteriak.
“HANTU MATI KETAWA!!!! AAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!” kata mereka semua. Tak lama, muncullah hantu mati ketawa.
“Hahahaha!! Kalian semua tidak bisa keluar! Anak kecil..” kata hantu mati ketawa menakut-nakuti. Mereka semua mundur, mundur dan mundur hingga, BRUK! Sudah mentok!
“Heh! Rara! Mundur lagi! Aku masih takut!” kata Riri.
“Tapi sudah mentok!!” kata Rara yang berada di barisan paling belakang. Ia melihat kebelakang. Tiba-tiba ada yang menutup mulut Rara. Dan membawa Rara pergi jauh. IALAH MISS PAULI!
“Hahhahaa… anak kecil! Aku menang! Dan jangan berharap kau akan menang! Aku sudah mendapatkan teman kecilmu ini! Hahahahahaha..” kata orang yang menutup mulut Rara sambil tertawa. Riri sambil menangis berkata:
“Bebaskan! Siapa kau?! Beraninya mengambil saudara kami!” kata Riri marah.
“Hohohoho.. kau belum kenal ya?? Ok.. ok.. namaku Pauli Laila.. panggil aku Miss Pauli. Aku lah yang menguasai hantu mati ketawa.. dan jangan berharap akan mendapatkan anak ini, bodoh!” kata Miss Pauli membawa pergi Rara. Hantu mati ketawa pun ikut pergi bersama Miss Pauli yang jahat itu.
“Hei, Pauli JELEK! Jangan ambil saudara kami! PAULI JELEK!” kata Rira mengejek Miss Pauli. Tapi sayang. Miss Pauli bersama hantu mati ketawa sudah pergi.
“Ayo! Kita cari Rara!” kata Riri bersemangat. Akhirnya mereka mencari dengan semangat.
Di tempat persembunyian Miss Pauli..
Miss Pauli sedang mengikat tali agar Rara tidak bisa kemana-mana.
“Lepaskan aku!” kata Rara berusaha melepaskan ikatan Miss Pauli.
“Tidak akan! Anak bodoh! Jangan berharap teman kecil kamu yang pendek-pendek sependek semut itu menolong mu!” kata Miss Pauli. Tak lama, ada suara yang sangat nyaring. GEDOBRAK! Ada yang mendobrak pintu tempat persembunyian Miss Pauli!
“Lepaskan Rara!” kata Seseorang. Rupanya, Riri dan Rira.
“Teman-teman!” kata Rara kaget.
“Oh,oh,oh,oh,oh,oh,oh.. rupanya.. kalian ya?? Semut-semut kecil.. mau apa kalian??” tanya Miss Pauli bangkit dari tempat duduknya.
“Lepaskan saudara kami!” kata Riri.
“Oh tidak bisa!! Kalian harus melawanku dulu..” kata Miss Pauli. Ia komat-kamit mengucapkan kata-kata.
“Kamigaze yatafajalnakamnaytalalalalala!! Kuatkan, badanku!” dan tiba-tiba, Miss Pauli berubah jadi cantik. Tapi ia memiliki kekuatan ajaib! Ia bisa menendang-nendang ketiga anak itu sepuasnya! Ini gawat! Mereka mendekati Rara.
“Rara, ayo! Satukan liontin kita!” kata Rira.
“Hatiyakazabakatazaka, kalekkale yoyoyo.. berubah menjadi satu!” Mereka bertiga sudah berubah menjadi supergirl yang cantik. Mereka memiliki kekuatan masing-masing. Yang harus dirahasiakan. Kalau tidak, kekuatan itu akan hilang. Tali yang mengikat Rara pun putus. Akhirnya, mereka melawan Miss Pauli dengan kekuatan sinar laser mereka.
“Kekuatan penuh!” kata mereka semua. Miss Pauli berubah menjadi kecil-kecil dan kecil.
“AUW!! HANTU MATI KETAWA! SERANG!” kata Miss Pauli. Walaupun sudah berubah jadi kecil, tetap saja, suara Miss Pauli terdengar kencang. Hantu mati ketawa pun menakut-nakuti mereka semua. Hampir saja, Rira mau pingsan. Mereka segera keluar dari rumah yang seram itu. Huuufff..
“Ah.. oh.. hos…hos..” kata Riri yang kecapekan dikejar hantu mati ketawa. Ia meminum es teh nya.
“Capek ya??” tanya Riri.
“Iya nih.. “ kata Rara.
“Alhamdullilah! Kita selamat! Hore! Akhirnya kita bisa tahu siapa Miss Pauli itu siapa, dan hantu mati ketawa” kata Rira.
“Oh ya! Ngomong-ngomong, katamu hantu mati ketawa itu aneh nggak??” tanya Rira.
“ANEH! Pake bedak tebel, lipstik merah tebel,.. pokoknya aneh deh! Semua make up di pakein! Eye shadow lah.. apalah.. pokoknya gitu deh!” kata Rara memakan permen karet.
“Kayak ibu-ibu yang mau kearisan aja! Menor! Semua make updi pakaikan!” kata Riri.
“Jangan-jangan.. yang memakaikan semua make up itu Miss Pauli.. hahahahahaha..” kata Rira sambil tertawa.

“Ups.. Copot!”


Killa adalah seorang gadis cilik berambut panjang. Dia sangat cantik. Selain cantik, Killa juga mempunyai segudang prestasi. Mulai dari lomba menyanyi, hingga olimpiade sains internasional, semuanya ada. Tapi, hari ini ada sesuatu masalah dengan Killa. Sesuatu yang membuatnya sakit. Apa itu?!
“Mama.. gigi ku ngilu..” kata Killa suatu hari. Mama yang sedang menonton acara televisi terlonjak. Mama bangun dari tempat duduknya. Mama berjongkok.
“Killa kenapa??” tanya mama sambil melihat gigi Killa yang berderet rapi.
“Gigi ku sakit.. seperti ada yang digerak-gerakkan..” kata Killa.
“Ohh.. tunggu.. coba kau buka mulut mu.” Kata mama. Killa membuka mulutnya lebar-lebar. Mama melihat gigi Killa. Mama berusaha mencari titik letak masalah Killa. Tak sampai 10 detik, mama menemukan jawabannya.
“Gigi mu akan copot Killa” kata mama. Air muka mama berubah menjadi serius. Mau copot??
“Kenapa harus copot?? Nanti gigi ku ompong..” kata Killa merinding. Ia membayangkan giginya ompong. Dan ia akan ditertawakan semua orang.
“Itu berarti, tandanya, gigi kamu akan berubah dengan gigi yang baru..” kata mama ngasal.
“Lagipula, tak usah takut! Setelah gigi itu copot, gigi mu akan tumbuh lagi yang baru..” kata mama menenangkan.
“Tapi pasti rasanya akan sakit! Nanti mulut ku akan berdarah!!! Gigi ku akan penuh darah yang berwarna merah seperti vampir! Aku tak mau disamakan seperti vampir..” kata Killa. Matanya berkaca-kaca.
“Tapi, nanti kalau tidak dicopot, nyerinya tak akan hilang-hilang..” kata mama menakut-nakuti. Ia bersihkeras agar putri tunggalnya mau copot gigi. Tapi tetap saja. Killa juga bersihkeras agar tak copot gigi. Hidup nggak copot gigi!!!
“Ya udah!! Kalau mama maunya Killa copot gigi, Killa nggak akan copot gigi!!” kata Killa gusar.
“Tapi kamu harus!!!!” kata mama tak kalah gusarnya.
“Mama juga kalau dipaksa pakai pasta gigi di pipi nggak mau kan???!! Ya udah, Killa juga nggak mau copot gigi! Nggak usah maksa!!” kata Killa marah. Ia naik ke kamarnya. Ia menutup pintu dengan cara yang kasar. Ia menangis tersedu-sedu.
“Kenapa harus begini?!” tanya Killa marah.
***
Esok harinya, Grandma Loppy, datang ke rumah Killa. Grandma Loppy adalah ibunya mama. Grandma Loppy suka membawa buah-buahan yang lezat dari kebunnya. Grandma Loppy ternyata sudah di beritahu mama perihal Killa tak ingin copot gigi. Maka, Grandma Loppy memberikan buah apel untuk Killa. Selesai sarapan, Killa

langsung ke kamar untuk menyalakan laptopnya. Ia ingin memainkan game pizza frenzy dan juga shopmania. Tapi, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Killa. Killa membuka pintu kamar. Ia terkejut. Grandma Loppy!
“Hai Killa!” sapa Grandma Loppy ramah.
“Grandma! Kenapa Grandma datang ke kamar Killa??” tanya Killa.
“Oooh.. Grandma hanya ingin memberikan apel merah ini.. maka, gigimu yang sakit akan sembuh..” kata Grandma Loppy sambil menunjuk apel merah yang lezat.
“Memang sih.. gigiku agak ngilu. Gigi ku mau copot. Memang apa ajaibnya apel itu?? Sampai-sampai, gigi ku dikatakan akan sembuh..” tanya Killa. Keningnya berkerut. Apel ajaib?!
“Eh… no, no, no.. jangan salah! Apel ini adalah apel yang ajaib. Apel ini bisa menyembuhkan semua penyakit.. seluruh orang di dunia sudah memakannya.. dan, setelah memakan apel ini, sakit mereka sembuh dan ajaibnya, di bulan-bulan yang mendatang, ia tidak mengalami sakit apapun karena apel ini,,” terang Grandma Loppy. Sebetulnya apel itu hanya apel biasa. Tapi, Grandma mempunyai taktik agar giginya bisa sembuh.
“Wow! Ajaib! Fantastik.. baik, nanti akan kumakan.. tapi, mengapa Grandma bisa tahu kalau aku sakt gigi??” tanya Killa.
“Aku sudah diberitahu mama mu.. dan aku memberikan apel ini untuk menyembuhkan dirimu..” kata Grandma Loppy sambil tersenyum. Grandma Loppy pergi meninggalkan Killa. Killa masauk ke kamarnya.
“Apa iya, ya, apel ini bisa menyembuhkan gigi ku??” tanya Killa menatap apel itu. Ia menaruh apel tersebut di atas meja belajarnya yang berwarna orange terang.
“Baiklah.. aku makan wahai apel!” kata Killa sambil mengigit apel itu. Mmmh!! Enak! Ia menatap lagi apel itu, setelah dimakannya setengah. Ia melihat ada benda putih keras tertancap pada apel itu. Ia memegang apel itu kembali. Senyum lebar tersungging.
“ Ini gigi ku! Sudah copot, dan tertancap pada apel ini! Hahahaha..” katanya sambil memandang apel itu.

Sabtu, 05 Februari 2011

“Sepeda Baru Pembawa Bencana”


Hari ini Hanna senang sekali karena ia dibelikan sepeda baru dari papa dan mamanya. Ia melonjak-lonjak kegirangan sambil memandangi sepeda barunya itu.
“Papa belinya dimana??” tanya Hanna.
“Di tokonya tante Wolly. Kan temannya tante Wolly ada yang punya usha menjual sepeda. Jangan sembarangan lho.. itu dari luar negeri!” kata mama. Hanna bangga sekali karena memiliki sepeda baru yang bagus dan kualitasnya juga bagus. Warna sepeda itu biru terang, bergambarkan bunga mawar berwarna merah dimana-mana. Ia tak sabar untuk menunjukannya kepada Darthela, Charlota dan juga Darwinia. Mereka bertiga adalah teman baik Hanna. Oh ya, Darthela dan Darwinia adalah adik-kakak lho. Darwinia sang kakak. Dan Darthela sang adik. Maka, Hanna bertanya kepada mama.
“Bolehkah aku main memakai sepeda baru ini??” tanya Hanna memelas.
“Tentu saja boleh” kata mama. Akhirnya Hanna naik ke sepeda barunya. Ia menggoes sepeda ke rumah Darwinia. Disana Hanna dan teman-temannya suka bermain. Di rumah Darwinia sangat luas halamannya. Jadi enak dipakai untuk bermain. Disana tampak di beranda rumah Darwinia, teman-teman sudah menunggu. Hanna memarkir sepedanya di bawah pohon jambu milik Darthela. Darthela memang suka bercocok tanam.
“Hai Hanna! Kemana saja kau?? Sudah kutunggu lama sekali…” kata Charlota sambil menghampiri Hanna.
“Mmmhh Hanna! Kamu punya sepeda baru ya??” tanya Darwinia memandang sepeda barunya yang diparkir di bawah pohon jambu. Hanna mengangguk.
“Benar…” kata Hanna tersenyum.
“Kok Darwinia bisa tau sih??” tanya Hanna.
“Ya iyalah… kan kak Darwinia penglihatannya tajam..” canda Darthela. Suasana di situ hening sejenak.
“Main apa nih yang seru..?? aku malas diem disini terus. Masak kita ngumpul disini hanya untuk berdiam diri.. nggak enak dong..” kata Darthela lagi.
“Aku setuju tuh sama kata-katanya si Darthela.. mending main… tapi main apa ya??” kata Charlota.
“Mmmhhh… main balapan sepeda mau nggak??” tanya Darwinia.
“Aku sih mau aja.. cuman dimana??” tanya Hanna.
“Di lapangan dekat rumahnya Charlota mau??” tanya Darwinia.
“Ok setuju!” kata Hanna, Darthela, dan Charlota kompak. Mereka semua mengambil sepedanya dan menggoes ke lapangan.
Sesampainnya di lapangan, mereka sudah siap di tempatnya masing-masing.
“Ok.. jadi dari sini kita ke ujung lapangan yang ada disitu. Siapa yang sampai duluan dialah pemenangnya” kata Charlota memberi peraturan, sambil menunjuk tempat yang dimaksudkan.
“Siap!! Satu dua tiga!!!” Darwinia menghitung. Mereka semua berusaha menggoes secepat mungkin. Tapi, di depan roda sepeda Hanna ada kubangan air. Hanna tidak bisa mengerem dan ia terpeleset! BRUKK!! Hanna terjatuh dari sepedanya.
“Auuww! Sakit..” Hanna meringis. Semuanya kaget.
“Hanna?!?!”
Darthela disusul teman-temannya menghampiri Hanna. Mereka semua membiarkan sepeda mereka tergeletak begitu saja.
“Kamu nggak apa-apa??” tanya Darthela sambil memeriksa bagian yang ada lukanya.
“Lukanya parah! Bagaimana nih??” tanya Darwinia cemas.
“AHA!! Aku memboncengi Hanna kerumah.. Darwinia, kamu bisa pegangi sepedanya Hanna bukan??” tanya Charlota. Darwinia mengangguk.
“Tentu saja” kata nya.
“Dan Darthela nggak usah ngapa-ngapain gampang kan??” kata Charlota lagi.
“Duh! Dasar sepeda baru pembawa bencana! Siiaalll!!!! Maaf ya teman-teman.. aku sudah merepotkan kalian..” kata Hanna.
“Nggak apa-apa.. itu baru namanya teman..” kata Darthela.
“Hahahahahhahahahaha…”

“Happy Birthday Nadia!”


Kkkkrrrriiiinnnngggg!!!! Suara jam beker membangunkan Nadia pagi itu. Hoaammmm… Nadia menguap. Ia melihat jam bekernya. Hari ini hari libur, jadi, Nadia tidak terburu-buru untuk sarapan dan mandi.
“Mmhhh… masih jam enam pagi.. ahh… sejuknya…” kata Nadia sambil membuka jendela. Nadia lalu melihat kalender warna biru campur hijaunya, yang diberikan paman Goblin, ketika tahun baru. Paman Goblin dulu adalah seorang penjahat yang suka merampas barang orang. Dia pernah mencuri permata emas milik seseorang miliader. Tapi kini beliau sudah TAUBAT. Udah ah… back to story..
“Ah.. tanggal 5 januari toh.. eh?? Hari ini hari ulang tahun ku! Aku kasih tahu, bunda dan ayah tau nggak ya?? Kalau kasih tahu, nanti nggak SURPRISE.. ah.. biarlah.. lebih baik aku tidak beri tahu siapa-siapa… mungkin ayah dan bunda ingat..” katanya sambil mengambil perlengkapan mandinya.
***
Selesai mandi, Nadia segera ke bawah untuk sarapan. Nadia berharap, bundanya akan membawakan kue ulang tahun yang lezat, atau mengucapkan doa selamat, atau juga memberi hadiah di hari ulang tahunnya kini. Tapi semua itu tidak terjadi. Ia melihat Bundanya sedang menaruh piring-piring kaca di meja.
“Hai Nadia sayang! Hari ini mama buatkan udang goreng tepung, ikan goreng dan sayur bayam!” kata bunda sambil memperlihatkan makanan di meja yang pasti lezat.. ohhhh…
“Oh ya.. pasti lezat yummy!!” kataku.
“Oh… bunda ingat, tidak, hari ini hari apa??” tanya Nadia. Ia mengharapkan jawaban seperti ini:
“Yayaya.. bunda ingat kok.. hari ini hari ulang tahun Nadia kan?? Happy birthday ya..” tapi, tidak. Malah bunda berkata:
“Mmmhh hari ini hari sabtu bukan??” kata bunda. Lalu, Nadia bertanya lagi.
“Kalau lagu ulang tahun masih inget?” tanya Nadia.
“Yang mana, lagunya??” tanya bunda.
“Yang mana aja” kata Nadia singkat.
“Oooohh.. kalau itu bunda pasti ingat.. selamat, ulang tahun, kami ucapkan. Selamat sejahtera, sehat sentosa… selamat panjang umur, dan bahagia… yeah..” bunda menyanyi.
“Kok pake yeah??” tanya Nadia.
“Biarinlah.. biar seru..” kata bunda. Tiba-tiba ayah datang. Nadia bertanya lagi kepada ayahnya.
“Ayah inget nggak hari ini hari apa??” tanya Nadia.
“Mmhhh.. hari sabtu kan?? Memang nadia mau kemana??” tanya ayah.
“Nggak kemana-mana kok..” kata Nadia. Ia tersenyum kecut. Aku pikir, ayah- bunda pasti ingat hari ini hari ulang tahun ku. tetapi, rupanya mereka berdua sedang sibuk toh dengan urusannya sendiri-sendiri. Sehingga lupa bahwa ini hari ulang tahun anak nya yang tercinta.. kata Nadia dalam hati. Setelah ayah memimpin doa untuk makan, mereka sekuluarga makan dengan lahap. Mmmhh enak…
***
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, hingga bintang-bintang pun datang menerangi langit. Sekarang sudah malam! Nadia pergi ke kamar mandi untuk gosok gigi, cuci kaki, serta cuci tangan. Ia duduk di meja belajarnya. Ia menyalakan lampu belajarnya. Ia ingin menulis diarynya yang berwarna orange terang pemberian tante Loowel ketika ia berulang tahun pada saat umur ke 7 tahun. Meskipun nama tantenya sangat aneh, Loowel, tapi ia sangat baik hati. Beliau sering memberikan selimut rajutannya sendiri kepada Nadia tentunya. Sehingga koleksi selimut Nadia yang disimpan rapi di lemari besar berwarna coklat terisi penuh. Ia menulis dairynya sangat rapi. Mau tau yang ditulis Nadia di dairynya? Ok kutunjukan ya… hohoho..
Dear dairy..
Hari ini aku berulang tahun yang ke 10. Tapi rupanya ulang tahun ini sangat mengecewakan.. orang tuaku tidak memberi apapun untuk ulang tahunku. Doa pun tidak. Aku berharap, sehabis menulis dairy ini ada kejutan datang kepadaku. Semoga ya dairy? Ok.. sekarang aku mau tidur nih… aku udah ngantuk dari tadi. Ok dairy ku sayang?? Muaacchh… good night! Bye.. selamat ketemu lagi malam besok..
Date: 5/1/10
-Nadia- ^,^
Nadia menutup buku dairynya. Ia menghempaskan badannya di ranjang yang empuk. Ia melihat fotonya ketika bayi yang terbingkai rapi. Lucu sekali.. ia ingin sekali seperti bayi lagi, kepalanya suka dielus-elus, di gendong bunda, di suapin.. pokoknya banyak deh! Tiba-tiba pintu kamar Nadia diketuk. Tok.. Tok.. Tok.. Nadia jadi merinding. akhirnya ia duduk diranjangnya.
“Masuk!” katanya. Ia memeluk guling Hunny Bunnynya. Ada seseorang yang masuk. Rupanya ayah dan bunda!
“Selamat ulang tahun Nadia! Happy birthday! Kejutan.. hahaha” kata ayah dan bunda berbarengan sambil tertawa.
“Ayah! Ibu!” kata Nadia sambil memeluk keduanya. Lalu, ayah membawa kue berwarna putih. Lalu Nadia meniupnya dengan gembira.
“Happy Birthday!! Hahaha..” kata mereka semua sambil tertawa bahagia.

Jumat, 04 Februari 2011

Gong xi fa cai!!

Maaf telat!
Gong xi fat cai… selamat imlek bagi yang merayakan.. hohohohoho.. ^,^

Kamis, 03 Februari 2011

“Untung Masih Amanah!”

“Oh ya anak-anak! Sebelum kalian pulang, bu Moniq, mau menyampaikan sesuatu.” Kata bu Laila. Bu Moniq mulai menyampaikan sesuatu.
“Anak-anak, bu guru semua punya surat untuk kalian. Anak yang amanah, akan menyampaikannya ke orang tua! Ada yang mau di tanya??” kata bu Moniq menjelaskan. Aku mengangkat tangan.
“Ya, Elly??” tanya bu Moniq kepadaku.
“Mmmhh.. isi suratnya sama semua??” tanyaku.
“Ya! Sama semua!” jawab bu Moniq. Anak-anak semua tertegun. Surat apa itu?? Lalu, Bram, teman ku, yang paling tinggi mengangkat tanggannya.
“Ya, Bram??” tanya bu Moniq lagi.
“Hhh.. kita lagi belajar jadi anak yang amanah ya bu??” tanya Bram.
“Ohh.. itu sudah pasti..” balas bu Moniq. Yang terakhir mengangkat tangan, adalah Gina. Gina adalah anak kecil yang centil, tapi selalu ingin tahu.
“Ada apa Gina??” tanya bu Moniq kesekian kalinya.
“Mmmhh.. kalau kita misalnya sudah menyampaikannya, kita boleh melihat tidak??” tanya Gina.
“Mmmhh.. kalian harus minta ijin dulu kepada mama- papa kalian. Kalau misalkan sudah ijin, di bolehkan, baru kalian boleh lihat. Kalau tidak boleh, ya.. sebaliknya..” jelas bu Moniq.
“Ada lagi yang mau bertanya??” bu Moniq memastikan sebelum beliau keluar lagi untuk mengajar kelas 6 dan 4. Kami semua mengangguk. Bu Moniq berlari kecil kearah pintu kelas yang menghadap keluar. Lalu, bu Laila berdiri dari kursinya.
“Kalian sekarang boleh pulang..” kata bu Laila. anak-anak berdesak-desakkan, berlomba siapa duluan yang keluar dari ruang kelas. Aku segera menuju ke halaman parkir mobil. Disana, mama sudah menunggu di dalam mobil xenianya. Aku langsung naik kemobil dengan semangat.
“Bagaimana Elly kecilku?? Apakah hari ini ada sesuatu yang mengagetkan??” tanya mama.
“Tidak! Aku hanya dibagi surat saja oleh bu guru, supaya aku belajar amanah” jelasku. Sesampainnya dirumah, aku segera naik kelantai tiga, dimana kamarku berada. Aku langsung menaruh tasku di meja belajarku yang berwarna biru muda. Aku membaringkan diri di ranjang. Ahh.. enak! Siang yang panas ini enaknya nonton tv, sambil makan eskrim yang segar, dan rambut di roll. Huuuhhh enaknya..
“Elly!! Ayo makan siang nak..” ada suara yang mengagetkanku dari lantai bawah. Aku segera ke bawah setelah mengganti bajuku dan cuci tangan. Rupanya mama sedang menyiapkan makan siang.. aku segera duduk di meja makan dan melahap makananku. Tak lama, mama muncul sambil membawa piring kaca.
“oh ya nak! Ada lomba fashion show lho! Mau ikut nggak??” tawar mama sambil menyendok sayur bayam.
“Mmmhh boleh.. dimana??” tanya ku senang.
“di Mall Artha Hilla Square” kata mama singkat.
“Oh ya, soal surat tadi..” kata mama lagi.
“Oh.. surat yang dikasih sekolah?? Ada di tas kok ma..” kata ku simple.
“Oh ya sudah.. coba mama mau lihat.” Kata mama menjulurkan tangannya kepada ku.
“Kan lagi makan.. nanti aja ya?? Nanti amplop nya kena kuah bayam..” kata ku.
“Ya sudah..” mama melanjutkan makannya. Aku juga sama seperti mama. Melanjutkan makanku sampai kenyang!!
Selesai makan aku memutuskan untuk menonton film di tv. Judulnya, Mimpiku. Seru lho ceritanya! Jadi, ada anak masih 7 tahun. Namanya Kirana. Dia tuh nggak punya teman. Ia ingin sekali punya teman. Suatu hari dia lagi jalan-jalan keliling komplek rumahnya. Sejak itu, ia menemukan teman. Tapi, karena semuanya nggak bakal abadi, ternyata temannya menjauhinya. Sediih sekali. Nah, pada episode terakhir sih, katanya, nanti si Kirana itu nemu temennya lagi, tapi dalam kondisi yang menyedihkan. Meninggal.temanya ternyata mempunyai penyakit kanker yang sangat parah.. huhuhu.. sedih ya?? Bayangin aja kalo kamu punya temen, dia jauhin kamu, ketemu pas kondisinya udah nggak bernyawa lagi.. nah.. ternyata filmnya udah selesai. Di lanjutin lagi minggu depan. Aku teringat akan surat yang di berikan buguru..
“Mama! Aku buka ya suratnya! Kataku sambil melangkah kekamar untuk mengambil surat yang ada di tasku.
“Boleh.. tapi tunggu mama dulu ya.. mama mau ke kamar mandi dulu..” kata mama. Aku mengambil surat itu. Setelah mama sudah kembali, aku memberikan surat tersebut. Mama merobek amplopnya. Ternyata isinya tahu nggak?? Jadi, surat itu berisi kayak ada tabel, nah terus nanti diisi sama orang tua. Nah tabel itu berisi pertayaan seperti: kapan ananda memberi surat ini? Bagaimana kondisi amplop ketika ananda memberinya?? Dan bla, bla, bla.
“Untung kamu masih amanah nak!” kata mama.
“Kenapa??”
“Soalnya, pertayaan disini tuh tentang keadaan suratnya! Kan kalau misalnya kamu udah buka duluan, nanti amplopnya udah rusak. Dan kamu belum amanah..” kata mama. Aku hanya tersenyum. Untung aja saat itu aku belum merobek amplopnya. Kalau udah?? Ya gitu deh..

Selasa, 01 Februari 2011

“Taktik Petak Umpet”


Hari ini, Feliya kelihatan bosan. Saaannngggaaattt bosan. Ia ingin melakukan sesuatu yang seru. AHA!
“Ah… lebih baik aku main keluar aja ah…” katanya. Tapi, sebelum ia keluar, ada yang sudah nyamperin duluan..
“Feliya! Feliya! Feliya!! Main yuk!!! Feliya! Main yuk!!” Feliya melihat ke jendela yang arahnya menghadap keluar rumah. Oh….. rupanya Doni, Likka, Gilang, Lizzy dan Rezy toh… Feliya segera keluar untuk menghampiri mereka ber-5.
“Eh Feliya! Main yuk…” ajak Doni dan Lizzy serempak.
“Iya nih… kita lagi bosen dirumah mulu…” lanjut Rezy.
“Sama nih… aku juga..” Likka ikut-ikutan.
“Waduh?! Sama semua??? Aku juga…. Yuk! Enaknya kita main apa ya.. yang seru gitu…” Feliya berpikir-pikir.
“Mmhh… main petak umpet yuk…” ajak Doni.
“Kayaknya seru deh!” kata Likka dan Lizzy berbarengan.
“Iya tuh.. yuk-yuk!!!” Rezy tak sabar ingin hompimpa. Kening Feliya berkerut. Main petak umpet??? Ah…. Nggak usah deh!!
“Wah… kayaknya aku lagi males main petak umpet deh..” kata Feliya.
“Yah… terus main apa dong??” Rezy menyerah.
“Kamu masih inget tragedi waktu kecil itu ya???” tanya Lizzy. Feliya mengangguk. Waktu kecil ia memang mengalami tragedi itu. Tragedi yang sangat sakit… ceritanya begini.. waktu usia Feliya 5 tahun, ia bermain petak umpet bersama teman-temannya. Feliya berlari kearah yang ia jadikan tempat sembunyi.. tapi, ternyata ia tersandung batu yang lumayan besar. Ia terluka parah saat itu. Darahnya sampai se- ember! Semenjak itulah Feliya takut main petak umpet..
Akhirnya Feliya mengalah. Lalu mereka hompimpa.
“Hompimpa alaihum gambreng.. nek Ijah pakai baju rombeng… sendiri keluarr..” dan HOP! Gilang jaga!
“Gilang!! Kamu jaganya disitu ya!” kata Rezy.
“Ya iya dong!” akhirnya, Gilang membalikan tubuhnya dibalik pohon mangga.

“1..2..3..4..” Gilang menghitung. Teman-teman yang lain sudah ngumpet. Tapi, Feliya masih bingung mau ngumpet dimana. Akhirnya…
“Ah… aku ngumpet aja di rumah! Kan, rumahku deket!! Nanti disangka Gilang aku hilang!! Hahaha..” akhirnya Feliya masuk kembali kerumahnya. Gilang mulai mencari.
10 menit kemudian..
Semua sudah terkumpul.. kecuali satu. Feliya.
“Feliya!! Feliya di mana kamu??” tanya Doni sambil mencari di semak-semak.
“Ayo Feliya!! Kita nari tarian kocak yuk…” ajak Likka. Maksud Likka adalah, supaya Feliya tertawa dan akhirnya mau keluar juga… tapi, kali ini tidak berhasil.
“Ayo Feliya keluar!! Kamu sudah menang!” Seru Lizzy.
‘Iya ayo! Keluar!! Feliya Ghasani Putri!!” Gilang mencari-cari ke arah kebun milik bu Woll. Bu Woll sangat suka memberi kue-kue enak ketika ada acara tertentu.
“Eh.. jangan-jangan Feliya hilang!” kata Rezy tiba-tiba.
“Hah?!” semuanya kaget.
Sementara itu..
“Hahaa.. semuanya mengira aku hilang… eh?? Tunggu! Semua teman-teman mencari ku ke arah kanan.. sedangkan, tempat jaga Gilang ada di sebelah kiri! Saatnya aku keluar…” akhirnya, Feliya keluar dan langsung ke tempat jaga-nya Gilang.. dan.. “PONG BELA!” teriak Feliya sambil memegang pohon mangga yang dijadikan tempat jaga-nya Gilang. Tiba-tiba.. di sisi lain, Rezy mendengar sesuatu.
“Hei.. seperti suara Feliya bilang “PONG BELA!” atau jangan.. jangan..” Rezy melihat kebelakang.
“Hei teman-teman! Feliya PONG BELA!!” teman-teman langsung mengejar Feliya. Gilang melihat Feliya santai sambil memegang pohon mangga yang di jadikan tempat jaganya.
“Hei Feliya! Kau hebat!!! Kamu menang.. memangnya, kamu ngumpet dimana??” tanya Doni.
“Ada deh..” jawab Feliya singkat.
“Ahh…. Kasih tau dong..” tiba-tiba semuanya ikut-ikuttan Doni.
“Jawabannya..”
“Apa??” tanya Likka tak sabar.
“Jawabannya… ya gitu deh” kata Feliya sambil mengibaskan rambutnya.
“Ahh… Feliya mah gitu..”