Sabtu, 05 Februari 2011

“Sepeda Baru Pembawa Bencana”


Hari ini Hanna senang sekali karena ia dibelikan sepeda baru dari papa dan mamanya. Ia melonjak-lonjak kegirangan sambil memandangi sepeda barunya itu.
“Papa belinya dimana??” tanya Hanna.
“Di tokonya tante Wolly. Kan temannya tante Wolly ada yang punya usha menjual sepeda. Jangan sembarangan lho.. itu dari luar negeri!” kata mama. Hanna bangga sekali karena memiliki sepeda baru yang bagus dan kualitasnya juga bagus. Warna sepeda itu biru terang, bergambarkan bunga mawar berwarna merah dimana-mana. Ia tak sabar untuk menunjukannya kepada Darthela, Charlota dan juga Darwinia. Mereka bertiga adalah teman baik Hanna. Oh ya, Darthela dan Darwinia adalah adik-kakak lho. Darwinia sang kakak. Dan Darthela sang adik. Maka, Hanna bertanya kepada mama.
“Bolehkah aku main memakai sepeda baru ini??” tanya Hanna memelas.
“Tentu saja boleh” kata mama. Akhirnya Hanna naik ke sepeda barunya. Ia menggoes sepeda ke rumah Darwinia. Disana Hanna dan teman-temannya suka bermain. Di rumah Darwinia sangat luas halamannya. Jadi enak dipakai untuk bermain. Disana tampak di beranda rumah Darwinia, teman-teman sudah menunggu. Hanna memarkir sepedanya di bawah pohon jambu milik Darthela. Darthela memang suka bercocok tanam.
“Hai Hanna! Kemana saja kau?? Sudah kutunggu lama sekali…” kata Charlota sambil menghampiri Hanna.
“Mmmhh Hanna! Kamu punya sepeda baru ya??” tanya Darwinia memandang sepeda barunya yang diparkir di bawah pohon jambu. Hanna mengangguk.
“Benar…” kata Hanna tersenyum.
“Kok Darwinia bisa tau sih??” tanya Hanna.
“Ya iyalah… kan kak Darwinia penglihatannya tajam..” canda Darthela. Suasana di situ hening sejenak.
“Main apa nih yang seru..?? aku malas diem disini terus. Masak kita ngumpul disini hanya untuk berdiam diri.. nggak enak dong..” kata Darthela lagi.
“Aku setuju tuh sama kata-katanya si Darthela.. mending main… tapi main apa ya??” kata Charlota.
“Mmmhhh… main balapan sepeda mau nggak??” tanya Darwinia.
“Aku sih mau aja.. cuman dimana??” tanya Hanna.
“Di lapangan dekat rumahnya Charlota mau??” tanya Darwinia.
“Ok setuju!” kata Hanna, Darthela, dan Charlota kompak. Mereka semua mengambil sepedanya dan menggoes ke lapangan.
Sesampainnya di lapangan, mereka sudah siap di tempatnya masing-masing.
“Ok.. jadi dari sini kita ke ujung lapangan yang ada disitu. Siapa yang sampai duluan dialah pemenangnya” kata Charlota memberi peraturan, sambil menunjuk tempat yang dimaksudkan.
“Siap!! Satu dua tiga!!!” Darwinia menghitung. Mereka semua berusaha menggoes secepat mungkin. Tapi, di depan roda sepeda Hanna ada kubangan air. Hanna tidak bisa mengerem dan ia terpeleset! BRUKK!! Hanna terjatuh dari sepedanya.
“Auuww! Sakit..” Hanna meringis. Semuanya kaget.
“Hanna?!?!”
Darthela disusul teman-temannya menghampiri Hanna. Mereka semua membiarkan sepeda mereka tergeletak begitu saja.
“Kamu nggak apa-apa??” tanya Darthela sambil memeriksa bagian yang ada lukanya.
“Lukanya parah! Bagaimana nih??” tanya Darwinia cemas.
“AHA!! Aku memboncengi Hanna kerumah.. Darwinia, kamu bisa pegangi sepedanya Hanna bukan??” tanya Charlota. Darwinia mengangguk.
“Tentu saja” kata nya.
“Dan Darthela nggak usah ngapa-ngapain gampang kan??” kata Charlota lagi.
“Duh! Dasar sepeda baru pembawa bencana! Siiaalll!!!! Maaf ya teman-teman.. aku sudah merepotkan kalian..” kata Hanna.
“Nggak apa-apa.. itu baru namanya teman..” kata Darthela.
“Hahahahahhahahahaha…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar