Sabtu, 19 Februari 2011

“Mencari Harta Karun!”


Via sangat sedih.. kalung dan cincin emasnya hilang. Padahal, Via sudah menyimpannya di kotak perhiasan dengan baik-baik.
“Huh! Kalung ku hilang!” keluh Via. Dia sudah bosan mencari cincin dan kalungnya itu. Tapi, tiba-tiba terdengar suara. BRUK! Seperti benda yang jatuh. Via mencari asal suara itu. Di taman! Ia melihat ke sekeliling. Tidak ada orang! Ini aneh! Via lalu melihat ke bawah kakinya. Ada benda yang aneh di bawah kakinya.
“Apa ini??” tanya Via sambil mengangkat benda aneh itu. Benda aneh itu berupa gulungan yang sudah agak usang. Via membuka gulungan itu.
“Ini kan.. ini bukankah peta harta karun??” tanya Via sambil berdecak kagum.
“Darimana peta ini ya??” tanya Via dalam hatinya. Ia masih heran. Bukankah peta harta karun itu hanya ada di film-film? Peta itu berwarna emas. Sangat mengkilat. Tak lama kemudian, Grace, Ovi, Nindya dan Zea datang. Mereka semua teman baik Via.
“Assalamualaikum!” sapa mereka semua.
“Walaikum Salam! Eh teman-teman! Ayo masuk..” kata Via. Mukanya memperlihatkan bahwa dirinya sedang kikuk.
“Kenapa sih Vi?” tanya Ovi.
“Kenapa apanya??” tanya Via heran. Apa ada hubungannya Ovi dengan peta harta karun itu? Ah tidak! Pasti tidak! Kata Via dalam hati.
“Kok mukamu aneh gitu? Kayak orang sedang kikuk” kata Nindya melanjutkan perkataan Ovi.
“Mmmhh.. mau ku kasih tau nggak??” tanya Via.
“Makin nggak jelas lagi nih.. apaan??” tanya Grace. Orangnya bodoh.. tapi bijaksana (Maaf ya Grace.. bukan ngatain)
“Tapi kalian jangan kasih tau siapa-siapa!” kata Via.
“Iya deh.. apaan??” kata Zea tak sabar.
“Aku menemukan peta harta karun..” kata Via sambil memperlihatkan peta harta karun yang ditemukannya.
“VIA! JANGAN MAIN-MAIN DEH!” kata mereka semua kaget.
“Ini beneran.. ku ceritakan ya..” kata Via sambil menceritakan semuanya.
“Jangan-jangan, ada hubungannya dengan kalung dan cincin mu yang hilang!” kata Nindya tiba-tiba.
“Ah Nindya! Jangan bercanda deh.. aku serius..” kata Via tersenyum kecut.
“Bisa saja lo! Mungkin, seseorang memberi petunjuk tentang hilangnya kalung dan cincin mu!” kata Zea yang suka berkhayal.
“Bisa jadi tuh…” Ovi menyetujui perkataan Zea.
“Tapi bisa saja salah..” kata Grace.
“Ya sudah.. kita coba saja dulu.. menurut petunjuk di peta ini, kita harus menuju dapur rumahku! Setuju nggak??” tanya Via sambil memperlihatkan peta harta karun.
“Walaupun petunjuk ini aneh, kalau begitu aku ikut!” kata Grace.
“Aku juga!” Ovi mengangkat tanggannya.
“Aku juga dong..” kata Nindya dan Zea bersamaan.
“Tapi kapan kita ke dapur rumahku??” tanya Via.
“Besok!’ kata mereka semua.
“Baiklah..” kata Via.
Esoknya..
Semua teman-teman Via sudah ke dapur rumahku??” tanya Via.
“Besok!’ kata mereka semua.
“Baiklah..” kata Via.
Esoknya..
Semua teman-teman Via sudah berkumpul.
“Assalamualaikum! Eh, jadi kita boleh menjelajahi dapurmu??” tanya Grace yang melihat Via keluar dari rumahnya.
“Eh.. boleh kok.. orang tuaku lagi nggak ada dirumah.. berarti, di bolehin” jelas Via.
“Tapi kamu sudah minta izin kan??” tanya Nindya memastikan.
“Pasti dong.. Via Annisa Nurshanty gitu lo!” kata Via sambil mengucapkan nama panjangnya dengan bangga.
“Udah ah.. nggak usah lebay.. yuk masuk” kata Via lagi. Mereka semua memasuki rumah Via yang kelihatan cukup mewah. Mereka langsung menuju dapur.
“Udah nih?? Gini aja??” tanya Zea yang kelihatan bosan.
“Gini aja gimana??” tanya Ovi.
“Maksudnya, setelah kedapur nggak melakukan hal-hal yang lain??” tanya Zea.
“Nggak.. tapi, kita masih harus ke ruang tamu dan kamar mandi.. terus habis itu tempat dimana berada harta karun itu.. yaitu, bak pasir yang ada dihalaman belakang” kata Via menjelaskan.
“Baiklah” kata Zea. Mereka berdua mengelilingi ruang tamu dan kamar mandi, hingga sampailah mereka ditempat yang mereka tunggu-tunggu. Bak pasir di halaman belakang.
“Yee udah samapai!” kata Nindya senang.
“Hei lihat! Di bak pasir itu ada tumpukan pasir! Mungkin, di dalam tumpukan pasir tersebut ada benda yang tersembunyi di dalamnya!” seru Zea.
“Ayo kita gali tumpukan pasir itu!” kata Via bersemangat. Mereka menggali tumpuka pasir tersebut, dan mereka menemukan cincin dan kalung yang hilang itu.
“Ini kan kalung dan cincin emasku!” kata Via sambil mengambil cincin dan kalung emasnya yang tersembunyi di balik pasir.
“Jadi, apa yang kau ingat??” tanya Ovi.
“Oh ya! Waktu itu, aku ingin memperlihatkan kalung dan cincin ini kepada saudaraku, Marie. Di bak pasir ini. Tapi, tiba-tiba, cincin dan kalung itu menghilang. Dan rupanya masih di bak pasir rupanya!” kata Via menjelaskan.
“Lalu kenapa kita harus pergi ke dapur, ke ruang tau dan kamar mandi??” tanya Grace.
“Biar seru lah! Grace!” kata Zea.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar